Seni sudah mendarah
daging dalam tubuh Hartono. Setiap tampil di pentas, anggota Koramil Kaliwates
ini selalu tampil total. Bahkan semua yang berbau kesenian dilakukannya, mulai
dari seni tari, lukis serta mengkoleksi benda-benda antik.
Koptu Hartono tinggal di perumahan Graha Citra Blok B 12
Kaliwates Jember. Rumahnya mengekspresikan karakter seniman nyentrik tersebut. Dinding depan rumah dihias dengan interior menarik. Bahkan,
diatas rumahnya terdapat hiasan dokar. Dari depan rumahnya, seperti adat rumah Bali.
Masuk ke dalam rumah, berbagai benda antik dikumpulkan di
ruang depan. Seperti sepeda onthel, mesin ketik, samurai, uang kuno, dan
lainnya. Orang yang datang pun merasa nyaman, dengan sajian benda-benda klasik.
Koptu Hartono memang termasuk orang nyentrik. Dia adalah
seorang Babinsa di Kelurahan Kepatihan, Koramil Kaliwates , Kesatuan Kodim 0824
Jember. Sepintas, tak ada yang tahu jika terdapat bakat seni dalam dirinya.
Namun, saat menelusuri hidupnya, dialah tentara yang berjiwa seniman.
Dalam setiap pementasan drama, Koptu Hartono selalu berperan
sebagai Jenderal Sudirman. Kecintaannya pada pahlawan tersebut tak tertandingi
oleh apapun. Ada energi yang kuat saat dirinya memerangkan sosok sang jenderal.
“Memakai baju seperti Jenderal Sudirman, saya sangat menjaga tingkah laku,
merokokpun tidak berani,” ucapnya.
Ditemui di rumahnya, pria kelahiran 17 Agustus 1976 itu
mengaku sudah menekuni dunia seni sejak masih di bangku SD. Dia sering diajak
tampil dalam Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Jawa Timur. Bahkan, tak jarang
meraih prestasi dalam event tersebut.
Bakatnya membuat patung dan melukis terus diasah. Saat
melanjutkan sekolah di SMP, dia aktif di sanggar teater dan berlatih disana. Kemudian,
juga memilki rutinitas melukis dan menari. “Semua yang berbau kesenian saya
lakukan waktu itu,” akunya.
Bakat kepemimpinannya diasah di OSIS dan Pramuka. Sejak
kecil, ayah dua anak itu bercita-cita menjadi tentara. “Ketika SMA, saya buat
kerajinan patung, dekorasi taman rumah, main drama, “ paparnya.
Hartono pernah meraih juara satu seni patung tingkat Jawa
Timur pada tahun 1988. Saat di SMAN Mumbulsari, dia terus meraih juara dalam
Porseni Jawa Timur. “Setiap waktu luang, bermain drama, belajar melukis atau
menari,” tuturnya.
Lulus dari sana, Hartono ikut lomba Pesta Anak Prestasi yang
diselenggarakan Dharma Pertiwi Kodam V Brawijaya. Dia satu-satunya warga Jember
terpilih sebagai pelajar berprestasi dan memperoleh beasiswa.
Karirnya di militer di mulai sejak tahun 1997 silam. Meskipun
waktu terbatas, Hartono tetap tak bisa lepas dari seni. Jiwanya adalah seni,
dan cita-citanya menjadi tentara. “Seni itu bebas, tentara terikat,” ujarnya.
Selama 20 tahun menjadi tentara, Hartono sering berpindah
tempat, terakhir di Kediri sebelum sekarang di Jember. Di Kediri, dia bergabung
dengan berbagai komunitas kesenian. Bahkan, dia melebur dengan siapa saja.
Seni lukis, seni ukir, relief taman, drama kolosal, musik,
tari ontel benda antik semua menjadi kegiatan rutinnya selain bekerja sebagai
tentara. Setiap peringatan Hari Ulang Tahun
(HUT) kemerdekaan RI atau HUT TNI. Dia tampil sebagai sutradara
pementasannya.
Ketika tugas ke Aceh, Hartono menjadi sutradara drama kolosal
Aceh untuk memperingati HUT TNI. Saat itu, dia menyamar sebagai warga sipil yang
berprofesi sebagai pengemis jalanan. Tak ada orang yang tahu, bahkan
komandannya sendiri kalau dia adalah Koptu Hartono.
Sebelum sebagai pemeran Jenderal Sudirman, Koptu Hartono
sempat datang ke tempat persinggahan Jenderal di Goliman Kendiri, dia bertemu
dengan juru kunci dan mendengarkan cerita tentang sosok sang Jenderal. “Di
rumah peristirahatan tersebut, saya cari data tentang Jenderal yang sabar dan
karismatik, saya ijin masuk ke kamarnya,” jelasnya.
Dia merasakan aroma perjuangan Jenderal Sudirman, setiap
tampil sebagai Jenderal yang menjadi cikal bakalnya TNI tersebut, Hartono
tampil total. Dia melakukan napak tilas waktu gerilya dari Kediri ke Jogja.
Pasukan Jenderal melewati jalan terjal selama tujuh bulan.
Di rumahnya, dia memiliki tiga kardus busana drama. Termasuk
baju Jenderal Sudirman yang dipajang. Dia tidak berani menyalahgunakan baju
Jenderal Sudirman meskipun bukan aslinya.
Sejak tahun 2003, Koptu Hartono mengumpulkan benda antik
sampai sekarang. Bahkan, di tengah kesibukannya, dia juga melukis dan menari.
Berkesenian sudah menyatu dalam diri, pensiun pun tetap nyeni,” ujarnya.
Bakat seni yang dilkaukan secara otodidak itu membuat Hartono
menjadi sosok yang supel. Belajar dari siapapun, dalam melukis, dia sempat
dididik oleh Pak Ketut. Sekarang juga bergabung dengan Komunitas Perupa Jember
(KPJ).
Semua yang dilakukannya untuk terus melestarikan
sejarah, merawat budaya dan menjaga keutuhan NKRI. Dia mengaku tamak dalam
dunia seni. “Prinsip saya masuk ke semua kalangan,” pungkasnya.
EmoticonEmoticon