Koleksi ribuan cagar budaya di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto di Jember |
Tempatnya sempit, berukuraan 9 kali 9 meter, seperti ruang
kelas, berada di belakang Dispendik Jember, di sebelah lapangan tenis. Sekilas,
tempat ini tak layak disebut museum. Namun di dalamnya terdapat banyak cagar
budaya.
Nama tempat ini adalah Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto yang ada di Jember. Ada sekitar 1800 cagarbudaya ada di dalamnya. Mulai dari jaman
neolitikum sampai masa penjajahan Jepang.
Senin, 18 November 2019, saya kembali mengunjunginya. Kondisinya tak
berubah seperti tahun-tahun sebelumnya, masih seperti dahulu kala. Hanya saja,
jumlahnya yang terus bertambah seiring penemuan cagar budaya.
Disana, kutemui peninggalan bersejarah mulai dari arca, batu
kenong yang berjejer di depan pintu, prasasti
batu gong, batu menhir, Arca terakota,
kapak serut, kapak neolit, mangkok perak bakar, arca primitive dan lainnya. Bahkan
terdapat sekitar 125 jenis cagarbudaya yang dikumpulkan. Mulai dari barang temuan, hasil eskavasi, barang
bukti, hibah dan lainnya.
Jember kaya dengan peninggalan sejarah, tapi minim apresiasi.
Begitulah kondisinya. Berbeda dengan kabupaten lain seperti Banyuwangi dan Lumajang yang memiliki
museum sebagai penghargaan terhadap cagar budaya. Padahal, Jember adalah kabupaten yang memiliki
cagar budaya terlengkap di wilayah tapal kuda.
Batu kenong yang ada di BP3 Trowulan Mojokerto di Jember |
Satu persatu, saya amati keunikan cagar budaya tersebut. Rupanya, setiap cagar budaya memiliki makna filosofi tersendiri. Seperti
batu kenong, merupakan simbol
penghargaan orang hidup kepada leluhur bagi yang sudah meninggal.
Disana juga ku temukan peninggalan jaman megalitikum berupa arca biting tipe
polinesia. Yakni hasil budaya manusia masa megalitikum atau biasa disebut jaman
batu besar. usia arca ini diperkirakan
sekitar 2000 tahun, dibuat pada awal
masehi.
Ada juga batu gandik
yang dikenal orang sejak jaman paleolitik, yakni manusia yang sudah mulai
bercocok tanam. Batu itu berfungsi sebagai alat penumbuk, penghancur dan
pembelah.
Kaya sekali cagar budaya di tempat ini. Namun, kepedulian
untuk merawat, menjaga hingga melestarikannya masih perlu ditingkatkan. Lalu,
siapa yang harus peduli?
Kekayaan Bangsa,
Tanggung Jawab Kita
Kepedulian masyarakat terhadap cagar budaya bukan tidak ada. Hal
itu dibuktikan dengan memberikan benda
bersejarah yang mereka temukan di berbagai tempat. Seperti keris Pattern Blambangan, keris Budha, manik
klasik yang terbuat dari kaca serta tombak Blambangan.
Cagar budaya ini memerlukan tempat yang layak agar bisa menarik perhatian generasi milenial |
Bahkan, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)
Trowulan Mojokerto di Jember menerima 15 benda cagar budaya dari masyarakat Jember selama tahun 2016. seperti keris Pattern Blambangan yang merupakan peninggalan abad ke 14 Masehi, atau
masa kerajaan Majapahit. Benda tersebut ditemukan di Kecamatan Gumukmas.
Keris tersebut dibuat
dari tujuh unsur logam. Tak hanya dari
tembaga, tetapi campuran dari berbagai jenis. Bentuknya pun berbeda dengan keris yang biasa.
Barang lain yang diberikan oleh warga adalah tombak blambangan yang digunakan untuk perang pada
masanya.
Ditempatkan seadanya, belum bisa menjadi wisata edukasi |
Selain itu, banyak peninggalan bersejarah lainnya yang ada di
tempat tersebut. Seharusnya, tempat ini menjadi lokasi yang begitu istimewa. Karena
benda-benda berharga berada disana. Namun, keberadaannya masih seperti anak
tiri.
Jadikan Wisata Edukasi,
Otomatis Terawat
Kekayaan cagar budaya ini bisa terawat secara maksimal bila
dimanfaatkan sebagai wisata edukasi. Tak jarang, menjadi objek kajian berbagai peneliti maupun Arkeologi. Mulai dari
pelajar TK hingga SMA dan mahasiswa dari sejumlah daerah.
Bahkan, pengelola BP3 Trowulan Jember ini kadang juga
menggunakan pakaian adat untuk menyambut pengunjung. Sebab keberadaan
cagar budaya itu sudah mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah. Misal, dari
museum pendidikan Jogjakarta, national geographic, asosiasi arkeologi Indonesia
serta beberapa lembaga dari luar negeri. Mereka bangga dengan koleksi cagar
budaya yang lengkap di Jember.
![]() |
Aku saat swafoto di lokasi BP3 Trowulan Jember |
Hanya saja, sarana tempat yang kurang memadai, menjadi
kesulitan sendiri untuk menjadikannya sebagai wisata edukasi. Pengelola seperti kurang percaya diri untuk
mempromosikan tempat ini karena tempat yang kurang layak.
Pengelola sendiri sudah mengajukan pada pemerintah darah agar
disediakan tempat yang layak. Namun, belum ada tanggapan yang serius . Padahal
potensinya sangat besar. Selain mencerdaskan
masyarakat tentang sejarah, juga bisa menghasilkan pendapatan bagi Negara.
Ayo ikuti lomba blog ini, bukan untuk meraih kemenangan, tapi turut melestarikan cagar budaya. info lengkapnya klik disini
EmoticonEmoticon