![]() |
Foto-foto dari Febrian Kahar: |
Kiprah Febrian
pada pengembangan pariwisata Jember tak perlu diragukan lagi. Tak hanya gagasan, namun aksi nyata untuk
memajukan potensi Jember. Salah satunya melalui wadah yang dibentuknya,
Paguyuban Destinasi Wisata Jember (DWJ).
Dia begitu antusias mengembangkan destinasi wisata Jember.
Tak hanya untuk menghibur para wisatawan dengan meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang memadai, namun juga meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat sekitar.
Febrian merupakan sosok penggerak dan pemersatu pariwisata
Jember. Tak heran, potensi wisata di kota tembakau ini terus bergerak dan
berkembang. Dia mampu menyatukan para pelaku wisata di Jember sebanyak 88
destinasi.
Pria kelahiran 1 Februari 1970 itu merupakan lulusan teknik
manajemen industri di Institut Teknologi Indonesia. Kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Bond
University Australia. “Keduanya jurusan kampus saya tentang kenyamanan kerja,
agar produktifitasnya orang tinggi,”
tuturnya.
Tahun 1999 lalu, Febrian dipanggil ke Jember untuk
mengembangkan bisnis tembakau TTN. Dia mulai bergerak untuk memajukan bisnis
tersebut. Seperti membentuk ISO, agar orang bekerja bisa nyaman.
Di Jember, ayah dua anak itu merasa kesulitan untuk mencari
berbagai macam kuliner. “Suatu hari,
saya tergelitik oleh kenyataan bahwa di Jember cuma ada kuliner ayam, bebek,
lele. Banyak makanan serba ayam,”
ungkapnya.
Darisanalah, alumni SMAN 1 Jember itu mulai tertarik untuk mengembangkan kuliner Jember. 2015 lalu, dia mengembangkan kelinci. Tak hanya sebagai kelinci hias, namun juga dijadikan produk kuliner. Berawal dari 30 ekor, hingga 500 ekor.
Tujuannya, untuk memberikan variasi makanan di Jember. Selain itu, membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. Dia mempersiapkan kelinci mulai dari pembenihan, pembesaran, industri kulit, daging hingga pengolahan limbahnya melalui koperasi yang dibentuknya. “Urin dan kotorannya kami jadikan pupuk,” ujar pria yang memiliki hobi berternak itu.
Disela kesibukannya, pria berkacamata ini juga menekuni hobi fotografi. Suatu waktu, dia
memotret event Jember Fashion Carnival (JFC). Saat itulah, dirinya mulai
tersentuh melihat potensi pariwisata
Jember yang tidak berkembang.
Febrian menginventarisir tempat pariwisata Jember, tercatat
ada 69 destinasi. Faktanya, semua wisata itu berjalan sendiri-sendiri. “Problem
utama Jember ini menyatukan tempat wisata,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, warga Jember lebih tertarik
berkunjung ke tempat wisata di luar Jember. Sebab, pelayanan pariwisata yang
kurang baik. “kami sendiri mengadakan acara di Probolinggo, Batu-Malang, orang
Jember keluar,” paparnya.
Saat itulah, Febrian mulai membangun komunikasi dengan para
pelaku wisata di Jember. Tujuannya untuk menyatukan para pelaku pariwisata itu
agar maju bersama. “Akhirnya kami membentuk
paguyuban Destinasi Wisata Jember, 1 Oktober 2016,” ucapnya.
DWJ menjadi wadah para pelaku wisata di Jember untuk saling
berbagi, mendukung, berdiskusi untuk memajukan wisata Jember. “Target utama, warga Jember tidak wisata
keluar, targert kedua minimal warga Tapalkuda
wisata ke Jember,” imbuhnya.
Febrian mendatangi satu persatu tempat wisata tersebut,
berdiskusi, memberi masukan dan saling mendukung untuk maju besama.
Darisanalah, Jember semakin ramai. “Sekarang, kegiatan warga Jember dan
Tapalkuda diselenggarakan di Jember,” tegasnya.
Kontribusi keberadaan DWJ tak hanya mendatangkan wisatawan
ke Jember. Namun, juga meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
“Awal DWJ berdiri, kami hanya punya satu trainer outbond, , sekarang sudah ada
11 trainer,” terangnya. Selain itu, jumlah destinasi wisata sudah mencapai 88
pada tahun 2018 lalu.
Diakuinya, DWJ berhasil mendatangkan wisatawan lokal ke
Jember. Namun, pekerjaan rumah selanjutnya adalah mendatangkan wisatawan
mancanegara. “Kami masih terus mencari
cara secara swadaya agar tingkat hunian hotel tinggi,” tegasnya.
Kembangkan Wisata Harus Out Of The Box
Febrian mengaku perlu kerja keras untuk mengembangkan
pariwisata Jember. Butuh pemikiran dan tindakan yang luar biasa. Mencari titik
kelemahan untuk diperbaiki. Membaca peluang menjadikan destinasi wisata Jember
sebagai wisata yang unik.
Pada tahun 2014 lalu,
jumlah kamar hotel sebanyak 1.924. Lalu bertambah menjadi 2.277 pada tahun 2018. Sayangnya perkembangan
itu tidak diikuti oleh hotel berbintang, yang berkembang hotel kelas melati. “Tingkat
hunian hotel masih 50 persen dari total jumlah kamar sebanyak 2.277,”
Ungkapnya.
Kemudian, ada 240 restoran dan 195 tempat rekreasi dan hiburan
umum. “Seperti rumah bernyanyi dan karaoke, golf, degung pertemuan dan
lainnya,” jelasnya.
Potensi Jember lain yang begitu besar adalah, ada 82
pulau, 14 pantai, 12 Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) dan 3 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan ribuan mahasiswa.
Mereka bisa memberikan sumbangsih pada pembangunan pariwisata Jember. “Tahun
2018 sudah ada 65 Travel agent,” tuturnya.
Namun, pergerakan jumlah wisatawan belum sesuai harapan.
Kunjungan tak banyak berkembang pada
2017 hingga 2018, yakni berkisar di angka 1,4 juta. Sedangkan wisatawan mancanegara, masih sekitar 3.058 pengunjung di tahun 2018.
“Jumlah itu sangat sedikit, itu terbantu oleh pendatang,” ujarnya.
Jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata, kata dia,
tercatat sebanyak 3.113 pada tahun 2014. hanya naik sedikit di tahun 2018 yang
mencapai 3.627 pekerja. Hal itu dinilai tidak bertambah banyak karena pelaku wisata tidak bisa berekspansi.
Tenaga kerja yang memiliki sertifikasi kompetensi wisata,
lanjut dia, sebayak 150 orang pada tahun 2014. Bertambah menjadi 350 orang pada
2018. “DWJ membentuk perkumpulan sendiri untuk mengadakan uji sertifikasi
sendiri dengan lisensi nasional dari
BSNP, Uji kompetensi ini penting buat kualitas SDM,” papar putra Abdul Kahar
Muzakir ini.
Diakuinya, butuh kerja keras untuk memaksimalkan potensi
tersebut. Semua itu bisa dilakukan dengan bersama-sama. Untuk itulah Febrian
terus membangun rasa percaya diri masyarakat
lokal untuk membangun tempat wisata di daerahnya.
Sekarang, hampir
semua kecamatan memiliki wisata. Sayangnya, semangat ini belum diikuti oleh
katalisator atau stake holder sendiri untuk mengembangkannya. DWJ hadir
untuk mengajak para pelaku wisata maju bersama, berkarya bersama. Baginya,
orang Jember harus maju bersama, berkarya bersama. “DWJ adalah kebersamaan
pelaku wisata Jember. Tidak ada ketua, semua sama di dalamnya,” pungkasnya.
EmoticonEmoticon