Wadah
Kreasi Para Seniman
Tak terasa, komunitas ini sudah berjalan selama empat
tahun. Berawal dengan nama komunitas kunang-kunang. Hingga untuk mengakomodasi banyak anggota kemudian berubah menjadi Komunitas
Perupa Jember (KPJ). Banyak hal yang telah dilakukan.
Beberapa
lukisan karya anak Jember dipamerkan di gedung eks-BHS
Jember. Lukisan itu tak hanya karya pelukis profesional. Namun, ternyata juga ada karya anak-anak yang masih belajar melukis. Mulai dari tingkat
SMP hingga SMA.
Jember Explore Painting merupakan
kegiatan pameran
karya seni. Setelah sebelumnya komunitas ini mengadakan
pameran seni se-Indonesia di Rumah Budaya Ajung Jember. Pameran memang menjadi salah satu wadah bagi para pelukis untuk bisa menunjukkan eksistensi dan hasil karyanya.
“Ada
sekitar 160 pelukis yang gabung di dalam komunitas ini,” kata Wibisono, ketua
KPJ. Menurut dia, Jember
memiliki potensi pelukis yang cukup banyak, jumlahnya
sekitar 800
orang. Namun, tak semuanya di Jember, tetapi merantau berada di banyak daerah seperti
Bali, Malang, Surabaya, Jakarta dan lainnya.
Sebelum terbentuk
Komunitas Perupa Jember (KPJ), ada Komunitas Kunang-Kunang yang juga wadah para pelukis. Namun tidak lama, hingga akhirnya menjadi
KPJ. Penyebabnya para pelukis melalui kunang-kunang masih belum bisa kompak.
Perlu ada wadah baru
untuk menyatukan para pekerja seni, walau tidak mudah. KPJ menjadi kesepakatan bersama untuk bisa menampung para seniman gambar, mulai dari
melukis, graffity, dekorasi dan lainnya.
KPJ
menjadi tempat yang
pas untuk berdiskusi para seniman rupa. Mulai dari saling
berbagi karya dan lainnya. Selain itu, juga kerap melukis bersama di beberapa
tempat. Seperti Alun-alun Jember setiap malam minggu. “Kami mulai
menularkan virus seni rupa pada pelajar dan mahasiswa,” tambahnya.
Sebab,
keindahan seni harus disampaikan pada generasi muda sejak dini. Harapannya agar
ketika sudah dewasa, mereka bisa berkarya. Bahkan, juga bisa memberikan
kontribusi dengan membeli karya-karya seni lukis yang sudah dihasilkan
seniman.
Selain itu, KPJ juga
berkolaborasi dengan UKM kesenian kampus. Tak jarang
mereka juga harus terjun ke sekolah untuk mengajari
para pelajar bisa
melukis. Baik melalui kursus hingga pendampingan anak-anak untuk mengembangkan
bakat melukisnya.
Namun, program
pertamanya adalah memandirikan para pelukis dulu. Yakni agar para pelukis
Jember lebih produktif dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak hanya melatih kualitas karya lukis, tetapi juga cara memasarkannya.
Para pelukis itu tak hanya berkutat di Jember.
Namun, mereka turut menyemarakkan seni lukis Indonesia. Ketika ada event di
luar kota, perwakilan dari Jember ikut bergabung. Seperti pameran lukis di
Probolinggo, Surabaya hingga Jogjakarta.
Perlu Wadah Karya Lukis
Bila wadah untuk
para pelukis sudah tersedia melalui KPJ. Maka selanjutnya para pelukis itu
perlu rumah untuk menampung karya mereka. Sebab, banyak lukisan yang belum menemukan
tempat untuk dipasarkan.
“Kita
perlu bank karya untuk lukisan kita, atau sekretariat,” tambah Hendro, salah
satu pelukis asal Ambulu. Menurut dia, tempat itu bisa menjadi wadah tempat
berkumpulnya para pelukis. Sebab selama ini belum memiliki tempat yang pasti.
“Melukis
itu tidak ada habisnya,” ujarnya. Untuk itu, para pelukis selalu berkarya
setiap waktu karena sudah hobi dan pekerjaannya. KPJ sendiri
diharapkan bisa
terus mengembangkan diri. Tak hanya hanya dari kemampuan
melukis, tetapi juga perencanaan tentang karya seni rupa Jember.
Disamping
itu, Para
perupa Jember terus berupaya menemukan karakter lukis Jember yang berbeda dengan
daerah lain seperti Bali atau Bandung, lukisannya sudah memiliki karakter.
“Jadi ketika datang kesana, orang langsung bisa menilai, ini lukisan Bandung,” tambah Wibisiono.
KPJ terus mencari
identitas lukis Jember agar bisa dikenali oleh khalayak umum. Sebab, KPJ
sendiri memiliki tujuan agar para perupa terus meningkatkan kreatifitasnya di bidang
seni. Mulai berbagai aliran lukis, abstrak, realis, skets, karikatur atau
lainnya.
Perbaiki Kemasan Produk
Memilih
aktif dalam kegiatan seni rupa jadi pilihan sadar pelukis. Mereka tentu harus memperjuangkan
pilihannya agar bisa berkarya. Tak heran, yang perlu
dilakukan adalah terus berupaya agar karya seni lukis itu bisa diterima
masyarakat.
“Perlu
memperbaiki kemasan produk kalau ingin diterima masyarakat,” ucap Agus, salah
satu anggota KPJ. Dia menilai para pelukis Jember juga perlu melangkah dari
sisi ekonomi. Yakni memperhatikan kebutuhan pasar saat ini.
Semua
itu perlu dilakukan agar karya lukis bisa diterima, baik secara psikologis
maupun karya. Misal, saat bertemu dengan kolektor lukis, kemasan harus dibuat
baik agar lukisan bisa diterima. “Terutama bisa diterima oleh warga Jember
dulu,” tambahnya.
Wahyu,
seniman ukir Jember menambahkan perlu membangun kekuatan untuk membentuk pola
pikir masyarakat. Yakni menjadikan seni sebagai gaya hidup. “Kalau warga paham
arti seni, pelaku seni punya harapan besar untuk berkembang,” tambahnya.
Jika semua orang peka
terhadap makna lukisan, dirinya yakin tak akan ada pencuri. Sebab, mereka bisa
menghayati kehidupan. “Seni untuk diri sendiri yakni menuangkan idealisme
perasaan, ada seni untuk masyarakat,” tambah Wibisono.
Melukis gambar memang mudah, namun yang sulit adalah
menuangkan kejujuran dalam bentuk karya. Sebab, seringkali pelukis harus
mencari waktu dan tempat tertentu agar ekspresinya tersalurkan.
EmoticonEmoticon