Memilih aktif olahraga lari merupakan pilihan sadar
dosen FKG ini. Tak ingin sehat sendiri, Rudi membentuk komunitas lari di
kalangan mahasiswa, yakni Destritry
Runner.
Perkumpulan ini semakin berkembang hingga berkolaborasi dengan Jember Runners.
Pria yang akrab disapa Rudy ini baru saja
datang dari Pantai Parangtritis Jogkarta. Dia mengikuti event 2019 coast to
coast night trail ultra atau lari lintas alam 17 Februari 2019 lalu. Dalam even ini, Rudy menempuh jarak
lari 50 kilometer selama 12 jam. Jarak tersebut ditempuh dengan penuh
perjuangan sebab tidak mudah, mulai
pukul 00.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
Selain melintasi alam, juga harus melewati
jalan pasir dan tanjakan ekstrem yang
sangat melelahkan tubuh. “Lari di
atas pasir lebih sulit,” katanya. Namun, Rudy sudah terbiasa lari setiap
harinya. Dua hari sekali, dia berlari sejauh 10 kilometer. Kebiasaan itu
membuat dirinya memiliki tubuh yang lebih awet dibandung umurnya 47 tahun.
Semangat untuk hidup sehat membuatnya tak kenal lelah melakukan kegiatan
olahraga. Suami dari
Yani Corvianindya tak sendiri, namun
bersama 15 ribu peserta dari berbagai daerah. Sebelum mengikuti event di
Jogjakarta, dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember itu juga baru mengikuti lari full marathon sejauh 42 kilometer di Singapore.
“Saya baru menyelesaikan 4 lari full
maraton,” akunya. Selain di Singapore, juga dalam event lari maraton lintas
alam di Gunung Ijen. Kemudian, lari maraton di Surabaya. “Kalau area datar
kayak Surabaya, 42 kilometer ditempuh 6,5 jam,” jelasnya. Di Jogja, pria
kelahiran 15 Juli 1972 itu
juga menyelesaikan ultra maraton sejauh 50 kilometer.
Baginya, lari bukan lagi sebagai kebutuhan untuk sehat, tetapi juga hiburan yang
menyenangkan. Apalagi, tak dilakukan sendiri, namun bersama pegiat lain yang
tergabung dalam komunitas. Tahun 2017 lalu, Rudy mendirikan komunitas lari di lingkungan tempatnya
mengajar. Yakni pada mahasiswa FKG. Komunitas ini diberi mana Destistry Runner.
“Awalnya hanya dua orang, sekarang sudah 50 anggota,” ucapnya.
ULTRA
MARATON: Rudy Joelijanto saat mengikuti event lari ultra maraton di Pantai
Parangtritis Jogjakarta pada 17 Februari 2019 lalu.
|
Setiap hari libur, dia lari bersama di seputar kampus Unej. Rudy tertarik
untuk mengajak orang lain hidup sehat. Sebab dia merasakan manfaat dari
kegiatan yang sedang ditekuninya. “Motivasi awal karena kesehatan, percuma
kerja bertahun-tahun tapi uang habis tiga hari buat bayar saat sakit,”
jelasnya.
Selain itu, dia juga menjadi Koordinator Caniners Run, komunitas teman
kuliahnya yang juga memilih aktif dalam olaraga tari. Sebulan sekali, anggota
komunitas ini melakukan lari bersama di berbagai kota. “Kadang di Surabaya larinya, jadi olahraga sambil
reuni,” ujarnya. Kegiatan lari itu bermula saat berat badannya mencapai 81 kilogram.
Kesibukan karena kerja membuat Rudy jarang berolahraga. Saat bangun tidur
tubuhnya merasa tidak enak. Saat itulah, dia mulai sadar untuk melakukan
aktivitas olahraga. Lari bukan sekedar olahraga. Namun juga menjadi wadah
berkegiatan sosial. Selain mengajak orang lain agar hidup sehat. Juga mengikuti
event charity run. Yakni lari untuk
beramal. Seperti amal untuk membantu bencana gempa di Lombok.
Ada gerakan lari dari Bogor hingga Lombok. Di etape Probolinggo-Situbondo,
Rudy lari untuk melanjutkan tantangan charity
run tersebut. Dana amal yang terkumpul dari beberapa anggota komunitas itu
sebesar Rp 3 juta. Kemudian, didonasikan untuk membantu warga yang terkena
bencana.
Kehidupannya sudah mulai berubah drastis. Dia merubah pola pikirnya menjadi
pola hidup sehat. Pertama kali lari, diawali dengan jarak yang dekat, hanya di
sekitar rumahnya. Sekitar empat kilometer setiap dua hari sekali. Lari
kecil itu dilakukan selama empat tahun, saat Rudy masih berumur 40 tahun. Kemudian, lari terus berlanjut dengan jarak yang lebih jauh.
Kegemaran olahraga mulai menjadi bagian dari hidupnya.
Pertama kali lari maraton, dia mengikuti yang diselenggarakan Jawa
Pos di Suramadu sejauh 10 kilometer. Rudy sempat khawatir tidak kuat. Namun setelah dijalani, mampu mencapai
jarak 10 kilometer tersebut. Dia semakin memiliki semangat menjadikan
olahraga lari sebagai hobi yang tak bisa dilepaskan dari kegiatannya.
Setiap ada event lari, selalu berpartisipasi. Lari maraton sejauh 5
kilometer, 10, half maraton hingga 42
kilometer dilakukannya. Bahkan, sekarang sudah sebagai ultra runner.
Banyak tempat yang sudah ditaklukkan oleh Edy, mulai Borobudur di Jawa
Tengah, Malang, Semarang, Bandung, Batu, Lombok, Pasuruan, Bondowoso dan
lainnya. Semua itu dilakukan hampir seminggu sekali di hari libur.
Menurut dia, banyak orang ingin olahraga, tapi selalu merasa sibuk. Padahal, kuncinya hanya ada pada niat, kemudian melakukan. “Kalau sudah niat dan melakukan, siapapun pasti bisa olahraga rutin,” pungkasnya.
EmoticonEmoticon