Indah Sekali: Kondisi bendungan dam rejo yang
dimanfaatkan sebagai destinasi wisata
|
Generasi muda Dusun Mandilis Desa Sanenrejo Kecamatan
Tempurejo memiliki semangat baru dalam membangun desanya. Potensi sumber daya
air yang mereka miliki dikembangkan menjadi
destinasi wisata. Yakni wisata Bendungan Dam Rejo (BDR).
Bendungan yang
berfungsi untuk irigasi, sekarang memiliki manfaat tambahan. Yakni
sebagai tempat rekreasi masyarakat. Sebab, pemandangan alam yang berada di
kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TMNB) itu sangat memukau.
Pengembangan BDR mampu merubah pola pikir masyarakat. Bila
sebelumnya mereka menjarah hutan, putus sekolah dan malas belajar. Sekarang semangat muncul untuk belajar
memajukan desa.
“Hutannya sangat alami, begitu indah,” kata Totok Widarto,
ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sarang Tawong Tempurejo. Bedungan
tersebut dibangun sekitar tahun 1970 silam. Lalu, pada tahun 1992 diperbaiki.
“Awalnya bendungan ini lurus, lalu ketika diperbaiki
dirubah berbentul letter L,” akunya.
Bendungan itu dinilai menjadi bendungan yang unik, sebab berbentuk L dan
memperindah pemandangan.
Selama ini, air bendungan tersebut digunakan warga untuk
mandi dan mencuci. Selain itu, untuk mengaliri sawah para petani.”Saya melihat
bendungan ini memiliki potensi wisata,” tuturnya.
Akhirnya, pria yang akrab disapa Totok tersebut mulai
mengajak anak muda untuk berdiskusi. Disana sudah ada kelompok anak muda Pemuda
Mandilis Bersatu (PMB). Para pemuda itupun sepakat untuk memanfaatkan potensi
sumber daya air menjadi objek wisata.
“Kami bikin jembatan, bikin taman bunga, tempat santai dan
lainnya,” tuturnya. Tak kalah penting, mereka juga membersihkan lingkungan
sekitar. Pengunjung ke tempat itu tak hanya dari Jember, namun juga luar
kota.Tahun baru, pengunjung bisa mencapai 2000 pengunjung. Pada hari libur
biasa, bisa 300 pengunjung.
Dia menambahkan dampak pengembangan sumber daya air itu
sudah dirasakan masyarakat. Terutama ekonomi. Warga mulai berjualan, bekerja
sebagai ojek, membuat kerajinan dan lainnya.
“Anak-anak semakin mengerti dan paham pentingnya menjaga lingkungan,”
terang anggota Polsek Mumbulsari tersebut. Bila sebelumnya merambah hutan,
putus sekolah dan malas belajar, kondisi itu sudah berubah. Mereka lebih
semangat belajar karena ingin tau cara memajukan desanya.
Aktivis lingkungan Jember, Wahyu Giri menilai pemanfaatan
sumber daya air menjadi wisata BDR itu mampu membentuk warga memiliki kesadaran
ekologis. “Mereka berpikir kalau hutannya rusak, wisatanya juga ikut rusak,” ucapnya.
Namun, pemanfaatan itu tidak merubah fungsi pokok
bendungan. Seperti fungsi pengairan. Diakuinya, bendungan dam rejo yang yang
dijadikan destinasi wisata itu lebih terawat. “Saya lebih mudah berbicara
dengan warga tentang kelestarian hutan,” akunnya.
Kepedulian itu terbangun dengan tidak membuang sampah ke
sungai. Mereka menjaga lingkungan karena berdampak langsung bagi kehidupannya.
Apalagi, pengembangan wisata mendatangkan ekonomi berkelanjutan.
Sementara itu, Luh Putu Suciati Ketua Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Air
Pascasarjana Universitas Jember menambahkan sumberdaya air memiliki nilai ekonomi dan juga nilai sosial.
“Dalam lingkup barang sumberdaya, sumberdaya air dikategorikan sebagai common
pool resources,” jelasnya.
Yakni adanya
persaingan untuk mendapatkan
sumberdaya, namun sisi lain tidak bisa melarang pihak lain untuk
menggunakan sumberdaya tersebut. Artinya,
dalam pengelolaan air diperlukan peran pemerintah atau negara.
Menurut dia, pengelolaan sumberdaya air diatur dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “bumi,air dan kekayaan alam di dalamnya dikuasai oleh negara
dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pengelolaan sumberdaya air yang ideal adalah dengan
melibatkan masyarakat di wilayah yang
dekat dengan sumberdaya air. Atau masyarakat yang paling dahulu memanfaatkan
sumberdaya air tersebut. “Agar aspek pemanfaatan sumberdaya air tetap berkelanjutan, perlu melibatkan masyarakat,” jelasnya.
Konsep integrated water resources management (IWRM)
sekarang sudah mengarah pada water governance atau tata kelola sumberdaya
air yang melibatkan multi aspek. Mulai daria sosial, ekonomi, lingkungan dan
kelembagaan serta
multistakeholder.
Dia menilai pemanfaatan
sumberdaya air sebagai objek wisata dikategorikan sebagai jasa
lingkungan yang dapat diberikan oleh sumberdaya air. Objek wisata yang
memanfaatkan sumberdaya air harus memperhatikan aspek konservasi lahan dan air,
“Kedua aspek tersebut saling terkait,” ujarnya.
Selain itu, jasa lingkungan yang diberikan oleh sumberdaya
air harus diberi nilai atau harga yang layak untuk menjamin
keberlanjutannya. Harga yang layak dapat berupa tiket masuk ke objek wisata
yang bisa digunakan untuk pengelolaan atau konservasi.
Pemanfaatan itu juga sebagai sistem insentif bagi
masyarakat untuk memelihara sumberdaya air. Harapannya bisa meningkatkan kesejahteraan
dan kehidupan ekonomi, bukan sebaliknya,
menyebabkan bencana jika tidak dikelola dengan baik.
Cara yang paling efektif untuk keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya air, kata
Suciati, adalah melalui optimalisasi
kearifan lokal masyarakat. Kemudian keterlibatan
warga sesuai dengan aspek riparian right. “Kearifan lokal itu bisa nilai, norma, kepercayaan, sanksi dan
aturan-aturan khusus yang dikembangkan
warga,” pungkasnya.
EmoticonEmoticon