“Merawat tanaman itu harus dengan hati, tak cukup hanya menggunakan tangan. Kehadiran astra membantu tangan saya, bila saya menggunakan satu tangan, maka tangan satunya adalah astra,” kata Dwi Hastuti, pengelola Kampung Berseri Astra (KBA) Depok.
Foto-foto oleh Bagus Supriadi: Gang Hijau: Dwi Hastuti berjalan di jalan menuju rumahnya, di RT 06 R2 16 Kelurahan Baktijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok |
Siang yang mendung, saya berkunjung
ke kampung nan hijau ini, ingin melihat langsung geliat warga yang peduli
lingkungan. Mencari inspirasi dalam mengembangkan kampung yang berkelanjutan.
Hijau, bersih, sehat dan berkualitas.
14 Desember 2019 lalu, Saya tiba di
rumah Dwi Hastuti di Jalan saminten III Kelurahan Baktijaya Kecamatan Sukmajaya
Kota Depok. Sepanjang mata memandang,
pohon dengan daun hijau berjejer rapi di sepanjang rumah. Rumah nomor 122, RT 6,
RW 16, Dwi Hastuti tinggal bersama sang suami.
Di dalam rumahnya, terdapat
beberapa anak yang sedang belajar. Selain belajar matematika, mereka membuat
kerajinan memanfaatkan barang yang tidak terpakai. “Ini awal, saya ingin
mendirikan bimbingan belajar (Bimbel),” ucap Dwi Hastuti.
Dwi Hastuti merupakan perempuan
yang memiliki peran penting dalam mewujudkan lingkungan asri di kampungnya. Semua
itu dimulai sejak tahun 1981. Saat dirinya tinggal di kawasan yang dulu gersang
. “Rumah ini seperti rumah transmigran dulu, ukuran hanya 3 kali 6 meter, luas
tanah 90 meter,” terangnya.
Bahkan, pertama kali perempuan
berusia 67 itu tinggal disana, belum ada air dan lampu. Kala malam, menggunakan
lampu petromak, sedangkan air menggunakan pompa. “Karena gersang inilah saya ingin menatanya dengan tanaman,” akunya.
Sekitar tahun 1990, Dwi Hastuti bersama
warga mulai menata kampung secara perlahan. Dia mulai memberikan penyadaran
pada warga akan pentingnya mewujudkan lingkungan yang hijau. Baginya, tak
mudah memberikan pemahaman agar warga sadar untuk menanam. Butuh kesabaran dan
keikhlasan.
Belajar bersama: Anak-anak Kampung Berseri Astra Depok belajar membuat kerajinan di rumah Dwi hastuti |
Dwi Hastuti heran ketika warga yang
berkunjung ke kampugnnya dan bertanya, bagaimana caranya agar bisa cepat
menjadi kampung asri. Mendengar pertanyaan itu, dia tertawa dalam hati. Sebab
semua yang dilakukan hingga menjadi kampung asri butuh waktu belasan tahun.
Dia melanjutkan ceritanya, pada
perayaan 17 Agustus 1995, ada lomba kerapian, kebersihan dan ketertiban
kampung. 10 RT yang ada di lingkungan RW 16 itu ikut semua. Semua tong sampah harus seragam, goat tidak
boleh mampet. Harus ada tanaman hias.
Dalam lomba itu, RT 6, tempat
tinggal Dwi Hastuti meraih juara satu. Lomba itu semakin membuat warga
termotivasi untuk memperbaiki kampung. Wargapun saling berlomba-lomba agar
kampunya hijau. Pada tahun 2014, RW 16 meraih juara satu sebanyak dua kali dalam
lomba lingkungan tingkat Jawa Barat.
“Kenapa kampung kita bisa rapi?
Kami menjadikan kekurangan sebagai keunggulan,” tegasnya. Tidak adanya lahan
bukan menjadi alasan untuk tidak menanam. Bahkan, satu rumah menanam 20 pot
tanaman. Tujuh diantaranya adalah tanaman obat.
Warga mulai berlomba-lomba untuk hidup dengan
lingkungan hijau. Mereka menerapkan budaya malu bila rumahnya tidak rapi dan
hijau. Pelan tapi pasti, lingkungan RW 16 mulai tertata dan penuh dengan
tanaman di setiap halaman rumah. “Mengurus Tanaman itu dari hati, tak cukup
hanya pakai tangan,” kata perempuan kelahiran 12 Desember 1951 itu.
Astra Menelpon, Siap Membina
Perjalanan panjang yang ditempuh
warga RW 16 untuk mewujudkan kampung hijau berbuah manis. Tahun 2014 lalu,
Astra menghubungi pengurus RW mengabarkan akan membina kampung ini untuk
menjadi Kampung Berseri Astra (KBA). Hal itu dilakukan setelah tim dari PT
Astra ini melakukan survei ke lokasi.
Rumah Lestari: Salah satu rumah milik warga yang menjadi rumah lestari, banyak tanaman yang menyejukkan |
“Itu dilakukan bertahap, dan binaan
astra tidak berupa uang, namun berkelanjutan,” ucap Dwi Hastuti. CSR yang
diberikan oleh PT Astra International Tbk merupakan program berkelanjutan. Kali
pertama adalah pelatihan bagi anak-anak untuk mencintai lagu nasional.
Kemudian, pelatihan membuat kerajinan dari kertas koran.
Tak hanya membantu meningkatkan lingkungan hijau,
Astra juga mengembangkan kualitas pendidikan dan kesehatan warga kampung. Baik
melalui pelatihan, pengadaan sarana bagi Paud dan Posyandu hingga memberikan
beasiswa. “Kita banyak didukung Posyandu dan Paud,” ujarnya.
Di tahun 2015, pengurus RW
mengadakan kegiatan rapat di puncak cipayung. Disana, Astra menyampaikan
programnya tentang Kampung Berseri Astra (KBA). Gayung bersambut, warga dan
Astra berkomitmen untuk mewujudkan kampung RW 16 menjadi kampung yang
berkualitas.
Kampung yang mengintegrasikan empat
pilar, mulai dari kesehatan, pendidikan,
lingkungan dan kewirausahaan. Keperluan kampung difasilitasi oleh Astra. “Kampung
kurang pot tanaman, Posyandu kurang pagar, diberi oleh Astra, Astra tempat
mengeluh saya,” aku Dwi Hastuti.
Pengembangan kampung berseri
semakin maju karena didukung oleh Astra. Ia menjadi tempat Dwi Hastuti untuk
menyampaikam kondisi lingkungannya. “Di bulan puasa, ada program sembako murah
separuh harga,” tuturnya.
Warga RW 16 diberi sembako untuk
dibungkus dan dijual pada warga dengan separuh harga. Hasil dari penjualan itu
dibagi. Astra meminta agar 50 persen hasilnya dibagi dengan lembaga pendidikan
atau yatim piatu. Sedangkan 50 persen lagi untuk dikelola KBA Depok.
Dukungan itu menjadi penyemangat bagi
warga untuk mengembangkan kampungnya. Tak heran, beberapa prestasi diraih oleh
kampung yang memiliki jumlah penduduk 1.712 ribu jiwa ini. Tahun 2016, KBA
Depok ikut lomba Posyandu yang diselenggarakan Astra dan meraih lima besar.
Tahun 2017, ikut lomba salam senyum sapa dan meraih lima besar.
Di tahun itu juga, kader avicenna
Posyandu meraih juara dua dan Posyandunya sendiri meraih juara tiga dalam lomba
yang diselenggarakan oleh Astra. Di bidang kesehatan, Astra cukup gencar
melatih para kader posyandu, yakni sebulan sekali.
Selain itu, juga membina Posyandu
dan Pos Pembinaan Terpadu (Pospindu) untuk lansia. Relawan mahasiswa dari perguruan
tinggi terjun langsung untuk membina. Memberikan pelatihan bagi kader posyandu
di bidang kesehatan.
Astra tak hanya menfasilitas
kampung agar hijau. Namun tak kalah penting adalah fasilitas kesehatan,
pendidikan dan kewirausahaan yang harus memadai. Sekarang, Posyandu memiliki
beberapa alat yang memadai untuk mewujudkan kampung sehat. Begitu juga dengan
sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di tempat ini. “Mulai dari
perlengkapan buku, lemari, hingga pelatihan para guru,” ujarnya.
Bahkan, 33 pelajar di kampung ini
menerima beasiswa dari Astra. Mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Anak-anak
semakin semangat untuk menggapai cita-citanya.
Permainan tradisional: Anak-anak KBA Depok bermain dengan ceria ditengah sejuk dan bersihnya lingkungan |
Di bidang kewirausahaan, kampung
ini memiliki produk kripik sambung nyawa, minuman khas air jahe serta jagung
molek. Makanan ini menjadi sajian utama pada setiap tamu yang berkunjung. “Ciri
khas kewirausahaan disini adalah botol bekas dibuat boneka ondel-ondel,”
imbuhnya.
Ditinggal Haji, Sedih Tanaman Kering
Saya diajak berjalan melihat
keasrian kampung yang memiliki 10 RT ini. RT 06, tempat tinggal Dwi Hastuti
sendiri disebut dengan gang hijau dan gang toga. Sebab, RT inilah kawasan yang
paling hijau, sepanjang gang penuh dengan tanaman.
“Dulu saya sedih karena ketika
ditinggal ibadah haji, tanaman jadi kering,” ucapnya. Hal itu membuatnya sedih karena kesadaran untuk merawat warga tanaman masih rendah. Padahal, Dwi Hastuti juga ikut merawat tanaman tetangganya, seperti ikut menyiram.
Dia menyadari perlu upaya terus menerus untuk meningkatkan kesadaran peduli lingkungan. Dirinya perlahan memberikan
pemahaman pada warga. Sebab, mereka sudah berbuat untuk menanam. Tinggal memberi tau cara
merawat dengan hati. Kreatifitas: Papan saran dan ajakan untuk hidup berkualitas dibuat dari barang bekas tutup timba cat |
Sambil berjalan, saya melihat gang
di RT 08. Terdapat beberapa tanaman buah dalam pot. Sambil menyapa warga, Dwi
Hastuti menunjukkan setiap gang yang dilewati. "Ini RT 1, pavingnya berwarna dan bersih, semakin memperindah kampung ini," tuturnya.
Kemudian, dia menunjukkan rumah
lestari yang penuh dengan tanaman di RT 03. Terlihat sangat sejuk sekali.
Begitu seterusnya, gang yang bersih, rapi, hijau dan indah. Berkat
perjuangannya, dia pernah meraih penghargaan wanita inspiratif bidang
lingkungan kota Depok.
Kendati demikian, dia khawatir
generasi tidak melanjutkan perjuangannya ini. Sebab baginya, mempertahankan
lebih sulit daripada memulai. Untuk itu, generasi selanjutnya diikutkan untuk
berpartisipasi dalam merawat kampung. “Tip melakukan semua ini adalah ikhlas
dan semangat,” pungkasnya.
KBA Menjadi Solusi Perubahan Iklim
Program Kampung Berseri Astra (KBA)
menjadi salah satu solusi dari perubahan iklim yang sedang terjadi. Dunia
sedang bersatu untuk mengatasi perubahan iklim. 7 Desember 2018 lalu, saya
memiliki kesempatan ikut konferensi pengendalian perubahan iklim atau confrence of parties (COP) 24 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Katowice Polandia.
Jagalah Kebersihan: Salah satu rumah warga yang diberi papan himbauan untuk menjaga kebersihan |
Pertemuan yang diikuti oleh 181
negara ini, termasuk Indonesia membahas upaya dampak perubahan iklim. Yakni
mengurangi emisi 26 persen tahun 2030. Salah satu upayanya adalah dengan
pembangunan rendah karbon.
Daerah kota menjadi perhatian
karena warga yang tinggal cukup banyak dan terus meningkat sebanyak 4,1 persen.
Dari jumlah 77,9 juta tahun 1997, bertambah 144,3 juta pada 2017.
Tahun
2045 mendatang, jumlah penduduk akan mencapai sekitar 300 juta, tepat pada 100
tahun kemerdekaan. Bertambahnya jumlah
itu tidak diiringi dengan peningkatan
kualitas lingkungan. Apalagi, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
RI memprediksi 68 persen
penduduk Indonesia akan tinggal di kota pada tahun 2025.
![]() |
Konferensi Perubahan Iklim: Penulis berkesempatan hadir dalam konferensi perubahan iklim (COP) 24 PBB di Katowice Polandia 7-14 Desember 2018 lalu |
Upaya
Astra dalam mewujudkan empat pilarnya mampu mewujudkan kota berkelanjutan atau Sustainable Cities. Mengurangi polusi, pencemaran udara dan
air. Apa yang dilakukan oleh warga RW 16 merupakan salah satu solusi dalam
menjaga kualitas lingkungan.
Pembangunan hari ini harus melihat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Penurunan daya dukung lingkungan akan menghambat pertumbuhan ekonomi, sehingga harus ada keseimbangan diantara tiga tersebut.
Pembangunan hari ini harus melihat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Penurunan daya dukung lingkungan akan menghambat pertumbuhan ekonomi, sehingga harus ada keseimbangan diantara tiga tersebut.
Kita
bisa memulainya dari diri sendiri dan lingkungan kita. Kita bisa mencontohnya
dari aksi nyata yang dilakukan oleh warga di Kampung Berseri Astra. Act
now....!
EmoticonEmoticon