Desa harus jadi kekuatan ekonomi/agar warganya tak
hijrah ke kota/sepinya desa adalah modal utama/untuk bekerja dan mengembangkan
diri.
Penggalan
lirik lagu Desa yang dinyanyikan Iwan Fals tersebut bukan kata-kata kosong.
Namun, fenomena yang terjadi di
pedesaan. Belum ada jaminan warga desa
hidup sejahteran di tanah kelahirannya. Tak heran, mereka
berbondong-bondong mengadu nasib ke
kota, bahkan keluar negeri.
Misal, usai
hari raya Iedul Fitri, banyak warga desa yang ikut merantau, meninggalkan tanah
kelahiran. Sementara mereka
tidak memiliki keterampilan kerja. Akhirnya
di
tanah rantau seringkali kebingungan dan bekerja serabutan.
Perlahan, persoalan itu ditangkap oleh pemerintah agar
memberikan wadah bagi
warga yang tidak memiliki pekerjaan.
Harapannya, mereka tidak perlu lagi
datang ke kota untuk mencari rejeki. Sebab kebutuhan ekonomi sudah terpenuhi di
desa.
Dana desa yang diberikan oleh diberikan pemerintah menjadi secercah harapan
kebangkitan desa. Pengelolaan yang benar akan mampu mensejahterakan masyarakat.
Menciptakan lapangan kerja, memberdayakan warga.
Seperti apa pengelolaan dana desa yang sudah diterapkan. Mari kita lihat
pembangunan yang dilakukan di tujuh desa yang ada di Kecamatan Mumbulsari
Kabupaten Jember. Penulis berhasil melihat langsung dampak dana desa itu bagi
masyarakat. berikut penjelasan dari masing-masing desa.
Foto Bagus Supriadi: Salah satu warga Desa Lampeji yang bekerja sebagai buruh tembakau
|
Libatkan Perempuan, Dorong Warga Berwirausaha
Desa pertama adalah Desa Mumbulsari,
Kecamatan Mumbulsari. Desa ini dipimpin
oleh seorang perempuan bernama Hj.
Irma Winarsih, SH. Pembangunan yang dilakukan olehnya dengan cara melibatkan
peran perempuan. Mereka diajak agar aktif dalam beberapa kegiatan terutama
dalam merumuskan kebijakan.
Mumbulsari
menjadi desa yang memiliki kepedulian terhadap potensi perempuan. Dalam setiap
kegiatan, perempuan selalu hadir untuk ikut membangun desa. Mereka diajak untuk
menyumbangkan pemikirannya tentang pembangunan desa.
Harapannya,
desa ini bisa menjadi desa yang peduli gender. Membangun kemajuan dengan
semangat gender. Selain itu, warga Desa Mumbulsari juga memiliki kemandirian di
bidang ekonomi. Selain sebagai petani, masyarakatnya juga menjadi pedagang.
Beberapa
warganya banyak yang menjadi wirausahawan. Bahkan salah satu BUMDes dari dana desa adalah usaha
konveksi. Usaha ini menjadi
unit usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mumbulsari. Setelah sebelumnya ada
unit usaha lain yang sudah berdiri,
yakni koperasi simpan pinjam perempuan serta foto copy dan ATK.
![]() |
Masyarakat bergotong royong merenovasi kantor desa |
Potensi
Desa Mumbulsari cukup beragam. Masyarakatnya banyak yang memiliki usaha
sendiri. Seperti kerajinan. Semua itu dibuat oleh warga dan didukung oleh desa.
Desa
ini juga menggerakkan warganya agar menjadi wirausaha. Salah satu upayanya
adalah dengan melakukan gerakan menaman lima ribu jambu biji merah.
Memanfaatkan pekarangan rumah warga yang tidak terpakai. Sehingga hasilnya bisa
dijual dan menjadi keuntungan
Desa
juga memiliki kepedulian yang tinggi akan kemajuan warganya. Misal membantu
masyarakat miskin yang rumahnya belum teraliri listrik. Desa memberikan
fasililitas, memberi pinjaman warga yang belum teraliri listrik pada dua.
Keberhasilan
pembangunan tidak lepas dari peran serta
masyarakat secara utuh, baik laki-laki maupun perempuan secara bersama-sama.
Mereka merupakan pelaku pembangunan dan juga pemanfaat secara langsung.
Selain
itu, juga tak lepas dari peran pendamping desa yang melakukan pembinaan dan
pengarahan pada mereka. Pendamping desa menjadi konsultan pembangunan desa.
Semua perencanaan pembangunan itu tak lepas dari mereka.
Atasi Pengangguran Melalui BumDes
Kedua, Desa Karang Kedawung. Desa ini terletak antara
perbatasan Kecamatan Mayang dan Kecamatan Mumbulsari. Desa ini bukan desa yang
biasa. Di tempat inilah, pahlawan Letkol Inf M Sroedji gugur. Bahkan beberapa
warga desa juga ikut berjuang dalam pertempuran pada 8 Februari 1949 tersebut.
Desa
Karang Kedawung terus berupaya mengentaskan kemiskinan dan pengangguran
warganya. Upaya itu dilakukan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Salah
satunya adalah membentuk unit usaha, mulai dari jasa terop hingga cuci mobil.
Sekarang,
desa ini dipimpin oleh Ami Puji Trisnowati. Seorang perempuan yang memiliki
semangat memajukan desanya. Salah satunya dengan mengembangkan potensi desa,
memberdayakan warga sekitar agar berdaya.
Ketika
datang ke Desa Karang Kedewaung, balai
desanya tampak lebih megah dibanding yang lain. Bangunannya kokoh dan besar, di
pinggir balai terdapat kolam ikan yang menyegarkan mata. Disanalah, aktivitas
pemerintahan desa berlangsung.
Dia
sudah memimpin Desa Karang Kedawung selama tiga tahun. Kegiatan pemberdayaan,
pelatihan hingga pendidikan kerap dilakukan untuk mengembangkan Sumber Daya
Manusia (SDM) masyarakat.
Penduduknya
ada sekitar 8.000 warga, mayoritas mereka petani. Desa ini kerap disebut sebagai
desa pahlawan. Sebab, sejarah gugurnya pahlawan Jember berada disana. Bahkan,
peninggalan berupa masjid dan nama-nama pejuang terdapat disana.
Dalam
perjuangan tersebut, banyak warga Karang Kedawung yang ikut berjuang melawan
penjajah. Mereka berguguran. Para
veteran cukup banyak, ada sekitar 50an,
namun sudah banyak yang meninggal dunia.
![]() |
Pembangunan sarana jalan dilakukan agar memudahkan akses tranportasi warga |
Untuk
itulah, Desa Karang Kedawung tak ingin tertinggal dalam pembangunan. Dia
memanfaatkan BUMDes untuk memajukan masyarakat. Ada unit
usaha penyediaan jasa terop dan cuci mobil yang dikelola oleh pemuda desa.
Pengembangna
BUMDes itu tak lepas dari dorongan pendamping desa agar masyarakat bisa
bekerja. Terbukti, melalui unit usaha penyewaan terop, warga desa tak perlu
sewa ke kota. Selain itu, pekerjanya juga warga sendiri, begitu juga dengan
jasa cuci sepeda motor dan mobil.
Selama
ini, usaha itu mampu memberikan kontribusi dalam mengurangi angka pengangguran
dan mengentaskan kemiskinan. Banyak pemuda yang bekerja di unit usaha itu. Bila
tak ada lapangan kerja, mereka banyak yang menanggur.
Warga
yang hendak menyelenggarakan acara, tidak harus sewa terop ke daerah lain,
karena sudah ada. Kegiatan usaha itu, juga mampu memberikan sumbangsih menambah
Pendapatan Asli Desa (PAD).
Bangun Akses
Transportasi Warga
Ketiga, Desa Lampeji. Desa ini merupakan daerah yang
memiliki potensi alam cukup beragam. Mendatangi desa ini seperti berkunjung ke
tempat wisata. Hamparan sawah dengan latar belakang gunung menjadi pemandangan
yang indah.
Masyarakat
desa ini memiliki ciri khas ramah, murah senyum, rukun dan punya semangat
bergotong royong. Mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh. Namun, ada juga
yang berprofesi sebagai pedagang dan pegawai.
Kepala
desanya juga perempuan, yakni Zylva Erna DY. Dia memiliki rencana untuk
mengembangkan desanya menjadi destinasi wisata. Ada beberapa tempat yang
direncakan, menjadi tempat wisata, mulai dari wisata paralayang, air terjun
tancak dan wisata alam gunung mayang.
Sayagnya,
akses menuju ke tempat tersebut sangat sulit. Bahkan akses kerumah warga juga
banyak yang rusak. Tentu saja, hal itu semakin memperlambat perekonomian warga.
Untuk itu, Pemerintah Desa Lampeji giat
melakukan pembangunan infrastruktur jalan, yakni membuat terobosan jalan tembus atau setapak
agar bisa dilewati kendaraan.
Pembangunan
infrastruktur itu tak hanya untuk pengembangan potensi wisata. Tetapi agar dampaknya
dirasakan oleh masyarakat, terutama dalam memperlancar ekonomi warga. Awalnya hasil panen diangkut oleh secara
manual oleh warga, namun sekarang bisa dimuat kendaraan.
Tak
hanya itu, dulu para pelajar enggan memakai sepatu karena jalan yang becek.
Sekarang sudah bisa menggunakan sepeda onthel
ke sekolah dan bersepatu. Bahkan, warga yang dulu kesulitan ke Puskesmas
sekarang sudah bisa menikmati manfaat jalan tersebut.
Kepala
desa merasakan manfaat dana desa sangat besar. Mereka bisa membangun dan
memberikan akses pada warga. Pembangunan itu melibatkan warga sekitar secara swadaya. Mereka ikut membangun
desa.
Peran
pendamping desa selain memberikan arahan, juga melakukan pengawasan memberikan
semangat baru bagi pembangunan desa. Semangat untuk mewujudkan desa mandiri
dilakukan oleh para pendamping desa.
Berdayakan Semangat
Pemuda Desa
![]() |
Warga tak perlu keluar kota untuk mencari rejeki, namun mereka bisa bekerja membangun desanya sendiri |
Keempat, Desa Lengkong. Pemuda Desa Lengkong
Kecamatan Mumbulsari ini tak
mau berpangku tangan. Mereka memiliki semangat kerja yang luar biasa. Desa
mengajak para pemuda agar aktif berkontribusi membangun desa.
Desa
Lengkong merupakan salah satu desa yang menyuplai kebutuhan pangan di Jember.
Hamparan tanaman padi begitu luas, beberapa gudang tembakau kerap ditemui di
desa ini. Masyarakatnya hidup sebagai petani, buruh hingga wirausaha. Masyarakatnya
pantang berdiam diri.
Desa ini dipimpin oleh Amir Rosyid selama empat
tahun dengan jumlahnya penduduk 8803 orang. Mereka tersebar di empat dusun. Desa
ini memilih memajukan desa dengan menyediakan sarana yang memadai. Mulai dari
pembangunan saluran irigasi, perbaikan jalan serta membangung gedung Pendidikan
Anak Usia Dini (Paud).
Saluran
irigasi itu untuk memudahkan para petani dalam bercocok tanam. Mereka tak perlu
kebingungan untuk mengairi sawahnya, sebab saluran irigasi sudah dibangun
melalui dana desa.
Desa
ini juga mengembangkan BUMDes , salah satu unit usahanya adalah jasa fotocopy
dan ATK. Bahkan sedang berupaya mengembangkan penggemukan dan ternak sapi.
Selain itu, Lengkong juga menjadi sentra batako. Banyak warga yang memiliki
usaha sendiri
Warga
Desa Lengkong merasa malu bila tidak bekerja. Mereka tidak malu meskipun harus
mencari rejeki sebagai kuli. Pemuda desa lebih malu bila tidak berkarya dan
menjadi pengangguran. Sehingga desa mendorong
anak-anak muda agar terus berkarya. Bahkan, mereka selalu meraih juara dalam
lomba sepak bola dan bola voli. Kesenian musik patrol juga pernah meraih juara satu tingkat Kabupaten.
Desa
Lengkong terus berupaya maju bersama dengan melakukan kerjasama, terutama
dengan pendamping desa. Proses perencanaan sampai dengan penatausahaan keuangan
selalu didampingi pendamping desa yang tak tak kenal lelah.
Ajak Warga Peduli Pada
Desa
Kelima, Desa Suco. Desa Suco memiliki
semangat bersama untuk membangun desa. Rasa kepemilikan tanah kelahiran begitu
tinggi. Sehingga muncul tagline bahasa Madura, lakonah lakonih, tetanggenah
tolongih, artinya, kerjakan pekerjaannya, tetangganya ditolong.
Hal
ini menjadi pedoman bagi warga Desa Suco
dalam hidup bermasyarakat. Mereka tak hidup sendiri-sendiri, tetapi
saling membantu sesama. Bergotong royong dalam membangun desa, menolong
tetangga.
Desa
Suco memiliki potensi yang terus berkembang. Tak hanya potensi alam, tetapi
juga beberapa kerajinan yang muncul dari warga. Mulai dari handycraft, batik,
kopi serta wisata air terjun, taman berundak hingga lereng gunung mandigu yang
menjadi daya tarik warga.
Desa
ini sudah dipimpin oleh Taufik Hidayat selama empat tahun. Banyak perubahan
yang telah dilakukan untuk memajukan desanya bersama pendamping desa. Mulai
dari pembenahan infrastruktur, pemberdayaan warga serta menghias desa agar
menjadi lebih baik.
![]() | |
|
Pemerintah
desa mengajak masyarakat agar warganya ikut peduli dengan kemajuan desa.
Sehingga tak hanya pemerintah yang membangun, tetapi juga masyarakat. Dirinya mengajak
agar rasa kepemilikan terhadap desa ada.
Selain
itu, Desa Suco juga berupaya menjadikan generasi muda agar berbudaya religi.
Yakni memiliki moral yang baik dan memahami agama. Kegiatan yang diselenggarakan seperti lomba qiroat dan
keagamaan lainnya.
Bahkan,
hasil dari pendampingan desa menjadikan desa ini pernah meraih penghargaan
juara satu desa terbaik penggunaan dana desa dan transparansi desa. Prestasi
itu semakin meningkatkan rasa percaya diri dalam memajukan Desa Suco.
Membangun Desa Melalui
Semangat Religi
Ke enam, Desa Tamansari. Desa ini memiliki semangat
berbeda dalam memajukan desanya. Setiap hari Jumat, warga diminta berhenti
bekerja untuk beribadah, misal
melaksanakan salat Jumat. Bahkan, saat malam jumat manis, setiap musala
diwajibakan khataman Alquran.
Tamansari
memiliki Kepala Desa yang begitu peduli dengan semangat keagamaan warganya.
Penguatan akhlak, nilai keislaman menjadi kunci pembangunan di desa ini. Bahkan
tak tanggung, Kades terjun langsung pada hari Jumaat ke sawah, melihat warganya
yang sedang bekerja.
Ketika
ada yang bekerja di sawah, disuruh berhenti agar salat jumaat dulu. Selain itu,
tak jarang juga memberikan ganti uang kerja bagi warganya yang sedang bekerja
disawah lalu diminta untuk berhenti pada hari Jumat.
Semangat
itu menjadikan masyarakat Tamansari
terus berupaya agar menjadi warga yang memiliki kekuatan spiritual, moral dan
berdaya. Bahkan, desa ini juga kerap disebut sebagai desa beriman. Setiap hari
Jumaat, jam 10.00 WIB sudah harus berhenti bekerja.
Tak
hanya itu, desa juga memberlakukan agar setiap musala melakukan kegiatan
khataman Alquran setiap malam Jumat manis. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan
masyarakat yang berjiwa qurani. Kemudian, untuk keselamatan, perekonomian dan
pertanian menjadi berkah.
Desa
ini dihuni oleh sekitar 6000 penduduk dengan pekerjaan sebagai petani dan
pengrajin mebel. Tamansari memiliki unit usaha yang tergabung dalam Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) mulai dari simpan pinjam perempuan, cuci mobil dan
penggorengan kopi.Kegiatan ekonomi itu memberikan kontribusi terhadap
perekonomian desa.
Mayoritas
warga Desa Tamansari merupakan petani, sehingga irigasi menjadi hal yang
penting bagi mereka. Untuk itulah, warga bersama pemerintah kompak membangun
saluran irigasi untuk mengaliri lahan tandus. Saluran irigasi itu tampak kokoh
dengan panjang sekitar 240 meter.
Sebelumnya,
masyarakat selalu kewalahan karena kekurangan air. Namun, pihak pemerintah desa
berupaya agar sarana irigasi bisa dibangun. Ketika mendapat bantuan dari
pemerintah, warga pun ikut menyumbang proses pembuatannya.
Dulu
musim kemarau sumur warga kering, namun sekarang sudah tidak. Irigasi tersebut dibuat untuk mengaliri lahan basah
tanah milik warga Dusun Perbalan dan Curah Pinang. Dulu mereka hanya bisa panen
sekali dalam satu musim, sekarang sudah bisa tiga kali panen.
Mereka
juga tak hanya menanam jagung yang cocok untuk tanah gersang, tetapi lahan
mereka sudah bisa ditanami padi dan lainnya. Hal itu sangat membantu masyarakat
sekitar. Perencanaan pembangunan desa
dilakukan melalui diskusi dengan pendamping desa.
Dana Desa Untuk Sejahterakan Warga
Ketujuh, Desa Kawangrejo. Dana desa yang diterima
oleh desa ini benar-benar
dimanfaatkan untuk memajukan desa. Tak hanya pembangunan yang dilakukan, tetapi
juga pemberdayaan untuk kemandirian ekonomi warganya.
Desa
yang dipimpin oleh Bebet Budianto ini terus berupaya memanfaatkan dana desa
agar bisa mensejahterakan masyarakatnya. Pembangunan yang dilakukan melibatkan
warga Kawangrejo, sehingga mampu menciptakan tenaga kerja baru. Mulai dari
pembangunan jalan hingga saluran irigasi.
Darisana
warga bisa dikaryakan sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Setiap
pembangunan, warga yang bersangkutan selalu terlibat sehingga memiliki rasa
kepemilikan terhadap tempat tinggalnya.
Desa
merasakan manfaat dana desa yang
diterima oleh desa. Yakni bisa mengembangkan para pemuda agar lebih kreatif.
Mulai dari peningkatan sumber daya manusia Organisasi Kepemudaan (OKP), seperti
Karang Taruna.
Tak
heran, banyak karya pemuda bermunculan agar memiliki kemandirian ekonomi. Mulai
dari usaha pembuatan telur asin, kripik jamur, tempat sampah dari barang bekas
hingga tas kedebong, tas unik yang terbuat dari kulit pisang.
Dana
desa juga digunakan untuk perbaikan sarana transportasi, seperti paving,
pengerjaannya dilakukan oleh warga. BUMDes sendiri, masih berupa jasa penyewaan terop dan sound
system. Namun, desa bersama pendamping desa punya rencana mewujudkan unit usaha
kolam renang yang bisa membantu memberikan kontribusi pada PAD.
![]() |
Pendamping desa melakukan pengawasan terhadap pembangunan jalan yang menggunakan dana desa |
Bahkan
juga hendak menciptakan alun-alun desa, yakni alun-alun yang memiliki banyak
fungsi, sebagai sarana Ruang Terbuka Hijau (RTH), tempat olahraga masyarakat
dan menjadi pusat ekonomi warga. Sebab, ketika sudah menjadi alun-alun, akan
bermunculan pedagang baru yang bisa meningkatkan taraf ekonomi warga.
Pembangunan
yang dilakukan Kawangrejo menepis
keraguan tentang kemampuan desa dalam mengelola dana desa. Terbukti Kawangrejo
memanfaatkan dan menyerapnya dengan baik. Tak hanya program fisik tapi
pemberdayaan pada warga dalam mendorong usaha ekonomi produktif.
Pendampingan
dan keberpihakan dari pendamping desa dapat memaksimalkan pemanfaatan dana desa
sebagaimana yang diamanatkan UU Desa. Harapannya mapu mewujudkan desa mandiri,
berdikari dan warganya sejahtera.
EmoticonEmoticon