![]() | |
Kapal seperti inilah yang awal aku naiki, foto diambil dari https://lantunanhati.files.wordpress.com/2013/12/img_0986.jpg |
Ingantanku tentang
gelombang ombak, kapal kayu yang terombang-ambing, angin yang begitu keras
masih cukup segar. Hati berdetak cukup kencang di atas kapal kayu itu. Betapa
tidak, kapalnya oleng ke kanan lalu berganti ke kiri. Pikiran seperti terbayang
pada film titanic.
Saat itu, November
2011, aku menghabiskan masa liburan pesantren dengan mengunjungi rumah teman.
Kemana? Ke Pulau Pulau Raas yang berada
di Kabupaten Sumenep Madura. Berkunjung ke pulau ini tidak melewati jalur darat
di Jembatan Suramadu. Namun harus menyeberangi lautan dari pelabuhan Jangkar
Situbondo.
Pagi hari, sekitar pukul 08.00, aku bersama beberapa santri
lainnya bersiap naik kapal kayu yang kerap dipakai oleh warga Pulau Raas. Baik
untuk pergi dan pulang. Naik kapal kayu ini merupakan pengalaman pertamaku.
Perlahan, kapal ini mulai meninggalkan daratan, semakin lama
pelabuhan itu hilang ditelan lautan. Perlahan, aku menikmati perjalanan ini.
Namun, suasana berubah ketika berada di tengah lautan. Ombaknya cukup besar,
anginnya juga keras.
Ada temanku yang mabuk, ada yang memaksa memejamkan mata
untuk tidur. Perjalanan menggunakan kapal kayu semakin terasa ditengah kerasnya
gelombang air laut. Kapal terhuyung-huyung.
Lalu, kapal itu mati di tengah laut. Mesin dieselnya
tiba-tiba berhenti mendadak. Sedangkan ombak cukup keras menghantam. Hatiku dag dig dug. Para awak kapal tampak
sibuk memperbaikinya. Beberapa penumpang mulai panik.
“Astaghfirullah, astaghfirullah,” ucapku dalam hati
berulan-ulang. Memohon keselamatan dan kapal bisa hidup kembali. Apa jadinya
bila mesin kapal ini tidak hidup, tentu akan menjadi pengalaman yang mengerikan
dalam hidupku.
Untung saja, sekitar satu jam, mesin hidup lagi dan kapal
kembali melaju. Ternyata, tak mudah untuk mencapai Pulau Raas, harus melawan
gelombang ombak, mempertaruhkan nyawa. Untuk itu, aku bangga pada mereka yang
berani merantau untuk mencari ilmu.
Seminggu tinggal di Pulau Raas, tiba saatnya kembali pulang.
Kapal yang dinaiki pun sama, kapal kayu. Kali ini, penumpang lebih banyak. Bahkan
penuh. Untuk aku tidak berselonjor. Apesnya lagi, aku kebagian tempat yang
tidak beratap.
Ditengah lautan, panas matahari begitu menyengit. Ibarat anak
kecil bermain lensa dan membakar kertas. Panas sekali. Namun, demi pulang,
terpaksa aku harus berdesakan. Sekitar enam jam, setelah melalui ombak dan
mesin yang juga mati, namun lebih sebentar, aku kembali di pelabuhan jangkar.
Aku berpikir, cukup sekali aku berkunjung ke pulau ini. Aku
merasa kapok. Ngeri. Bila terjatuh di daratan, masih banyak yang menolong.
Namun bila kecelakaan di tengah laut, hanya ikan yang siap menemani.
Ayo ke Pulau Raas Lagi
![]() |
Sekarang, sudah ada kapal fery untuk menuju pulau raas. foto ini diambil dari https://www.wartanasional.com/2017/05/29/angkutan-lebaran-pemkab-situbondo-siapkan-mudik-gratis/ |
Satu tahun kemudian, temanku kembali mengajak bermain ke
Pulau Raas. Namun aku sudah kapok dengan perjalanan menuju kesana. “Sudah ada
kapal ferry sekarang, dijamin aman,” kata salah seorang temanku.
Wah, ternyata kapal ferry sudah masuk. Perjalanan ke Pulau
Raas tentu tak seperti dulu yang menakutkan. Aku pun berpikir ulang berkunjung
ke pulau terpencil ini. “Nunggu liburan lagi aja,” jawabku.
Beberapa bulan setelah itu, aku kembali menerima ajakan
temanku untuk kembali travelling ke
pulau ini. Tentu menaiki kapal ferry bukan kapal kayu lagi. Di Pelabuhan
Jangkar, kapal ini begitu megah, sangat
jauh berbeda dengan sebelumnya.
Di dalam kapal, tersedia tempat duduk yang nyaman. Berbeda
dengan kapal kayu, tak ada tempat duduk yang memadai. Bahkan, kapal ini juga
menyediakan alas tikar. Selain itu, juga ada tempat barang, tempat kendaraan,
peralatan keamanan, kantin dan lainnya.
Ternyata, naik kapal begitu menyenangkan. Sarana dan
fasilitas keamanan yang memadai. Bila jenuh di dalam ruangan, bisa naik ke atas
untuk melihat pemandangan. Bayangku
seperti film titanic, saat Leonardo Dicaprio memeluk Kate Winslet, hehe.
#asyiknyanaikFery, sebab
perjalanan menuju Pulau Raas tak terasa, ternyata sudah sampai. Rupanya
naik Kapal Ferry begitu nyaman sehingga terasa cepat sampai. Untung ada PT ASDPIndonesia Ferry memberikan fasilitas ini, kalau tidak, aku tidak akan
berkunjung lagi ke pulau Raas selamanya.
EmoticonEmoticon