![]() |
Foto-foto oleh Siti Waqiah: salah satu kegiatan komunitas teras pintar yang mendidik anak-anaknya secara bersama-sama |
Memilih menjadi
ibu rumah tangga bukan keputusan yang mudah. Sebab, banyak hal yang
dipertaruhkan, terutama karir. Namun, hal itu dilakukan untuk
membangun keluarga yang harmonis. Tentu saja, butuh wawasan yang luas agar bisa
terwujud.
Pembangunan keluarga bisa dilakukan dengan semangat kebersamaan melalui
komunitas. Seorang ibu perlu berbagi cerita tentang perkembangan kemajuan
keluarganya. Terutama dalam mendidik anak. Kisah sukses itu peru dibagi agar
menular pada keluarga yang lain.
Semangat kebersamaan dalam membangun keluarga itu muncul pada ibu-ibu di
Perumahan Dharma
Alam, Kelurahan Sempusari Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Mereka membentuk komunitas dengan nama teras pintar. Bukan untuk ngerumpi atau membicarakan orang lain,
tetapi saling berbagi cerita tentang pembangunan keluarga.
Misal, menceritakan perkembangan anak mereka masing-masing. Bila ada
masalah dalam mengasuh dan mendidik anak, mereka saling memberikan saran, kemudian
dicoba agar masalah itu bisa diselesaikan.
Tak hanya itu, para anggota komunitas ini juga berkumpul untuk mendampingi
anak-anak belajar. Mulai dari anak yang masih
berusia di bawah
lima tahun (Balita) hingga di bangku sekolah dasar. Mereka
bergantian mendidik dan mengarahkan anak-anak agar kreatif.
Selain bermain bersama, anak-anak juga belajar menggambar, membaca, menulis, berdoa,
serta berbagi pengalaman. Bahkan, juga diajari untuk membuat kerajinan dari barang bekas. Ibu dari
setiap anak itu wajib mendampingi
anak agar tahu perkembangan anaknya.
![]() |
Anak-anak mampu menyatukan keluarga lainnya dala satu perumahan, mereka membangun keluarga melalui kebersamaan |
Komunitas teras
pintar bermula dari obrolan para ibu rumah tangga
ketika selesai memasak. Biasanya, mereka ngerumpi
tentang apa saja yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari mengasuh, mendidik anak, atau
hal sederhana seperti menu masakan.
Dari perkumpulan
itulah, ada kegelisahan bersama untuk saling berbagi pengalaman. Sebab, mayoritas dari mereka merupakan perempuan yang menempuh
pendidikan tinggi. Ada yang sarjana strata satu, magister,
dan lainnya. Namun, ketika menjadi ibu rumah tangga, ilmu yang diperoleh seakan
nganggur.
Akhirnya aktivitas
ngerumpi itu diarahkan pada kegiatan
yang lebih positif. Yakni mendirikan Komunitas
Teras Pintar,
wadah penguatan edukasi bagi ibu dan anak. Tujuannya untuk
membangun keluarga yang harmonis, mandiri dan sejahtera.
Semangat Kebersamaan Agar berkualitas
Persoalan utama dalam membangun keluarga yang berkarakter adalah teladan.
Orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak-anak. Bila orang tua mampu
memberikan teladan yang baik. Maka anak-anaknya akan mengikuti, begitu juga
sebaliknya.
Teladan itu dari berbagai aspek, spritual, emosional dan intelektual. Orang tua dan
lingkungan sekitar perlu mengajari anak-anaknya agar menjadi generasi yang religius,
mampu mentransfromasikan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Lalu,
kemampuan emosional dan intelektual perlu dibangun dengan semangat keteladanan.
Untuk itulah, selain mengasuh anak, komunitas ini juga memperkuat karakter
orang tua agar mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Awalnya, banyak
tetangga yang bersikap individualis di perumahan. Hal ini sudah menjadi
kebiasaan karena kesibukan masing-masing. Mereka tidak peduli dengan
perkembangan sekitar. Tak ada pembicaraan akrab kecuali hanya
tegur sapa saat berpapasan.
Orang tua menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sehingga peran mereka
sangat penting dalam pembangunan keluarga yang harmonis, sejahtera dan mandiri. Kemampuan mereka dalam mengasuh anak
harus terus diasah karena jaman terus berkembang.
![]() |
Mendidik anak berkarater melalui cara mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotorik |
Pembangunan keluarga perlu dilakukan secara bersama, melalui tetangga atau
warga sekitar. Sebab, semua keluarga memiliki kisah dan pengalaman yang
berbeda. Membentuk komunitas merupakan cara termudah untuk untuk mewujudkan
pembangunan keluarga.
Disana, mereka bisa menjalin silaturahmi, berkumpul dan berbagi pengalaman
tentang permasalahan yang di hadapi. Misal, anak susah
makan, malas belajar, sulit berkomunikasi dan lainnya. Semua itu bisa menemukan jawaban setelah saling berbagi tips dan solusi.
Bahkan, kalaupun tidak menemukan solusi, melalui komunitas mereka bisa
mendatangkan pembicara yang kompeten dalam kegiatan parenting. Sesuai dengan masalah yang tidak bisa dipecahkan. Misal di
bidang kesehatan, mendatangkan pemateri pakar kesehatan.
Komunitas teras pintar bisa menjadi contoh dalam pembangunan keluarga. Setiap
Selasa pagi, mereka berkumpul dengan
muka ceria. Memulai pertemuan dengan
membaca
doa, dilanjutkan dengan belajar bersama, seperti mewarnai,
menyusun angka, membaca, menulis, dan
banyak media permainan lainnya.
Tak perlu biaya mahal, sebab media
yang dipakai dari bahan daur ulang, seperti tutup botol, kertas
kardus, jepit rambut dan yang lain. Bahkan, perkumpulan
itu juga membuahkan manfaat ekonomi. Orang tua juga saling berbagi tentang kegiatan
ekonomi masing-masing. Misal, tak perlu keluar perumahan untuk membeli pulsa,
sebab sudah ada warga yang menjual.
Dari komunitas itu, pintu lain terus terbuka, seperti bisnis moms. Ada
sebagian ibu rumah tangga yang berbisnis, seperti menjual token atau pembayaran BPJS. Mereka dianjurkan
untuk membeli ke tetangga
sendiri, membantu perekonomian tetangga.
Selain itu, Komunitas juga terus mengembangkan kegiatan yang
lain. Seperti, belajar menari bagi anak-anak yang sudah
berumur di atas lima tahun. Menyediakan taman baca dan menyelenggarakan even tahunan,
seperti lomba mendongeng.
![]() |
Anak-anak belajar bersama, mengasah kemampuan sosial, berkomunikasi dan berinteraksi dengan temannya. |
Bahkan, mereka
juga meningkatkan peran ibu rumah tangga dalam berbagai bidang. Mulai dari
pemahaman tentang hukum, kesehatan dan pendidikan. Caranya, mendatangkan
narasumber yang berkompeten untuk berbagi.
Semangat Teras
Pintar untuk memaksimalkan peran ibu rumah
tangga dalam mendidik anak mendapat apresiasi. Semakin lama, banyak warga
perumahan yang datang membawa anaknya. Mendampingi sang buah hati belajar dan
membentuk karakter yang baik.
Meskipun hanya
berlangsung dua jam per pertemuan, komunitas itu mampu memberikan
kesadaran pada ibu rumah tangga tentang penting berbagi pengalaman mendidik
anak. Tak hanya itu, juga saling menguatkan dan mendorong kemajuan yang lain.
Apa yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga melalui komunitas ini sejalan dengan
tujuan pembangunan keluarga dalam UU Republik Indonesia No 52 tahun 2009 dalam
pasal 4 bagian ketiga. Yakni untuk meningkatkan kualitas keluarga agar muncul
rasa aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan batin.
EmoticonEmoticon