Perjalanan Mulyono Menjual Buah Pinang ke Papua dan Irian Jaya
Survei ke Papua Untuk Melihat
Pangsa Pasar
Tak banyak yang menjadikan buah
pinang sebagai lahan untuk mencari penghasilan. Namun di tangan Mulyono, warga Desa Suren Kecamatan
Ledokombo, buah tersebut bisa menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya.
Bagus Supriadi, Jember
Melewati
Dusun Suren Krajan, Desa Suren, Ledokombo, beberapa takaran buah pinang dijemur
dipinggir jalan. hal tersebut menarik perhatian Radar jember Jawa Pos Group untuk
menanyakan ihwal buah pinang. Warga yang sedang duduk di warung sebelah, tempat
menjemur buah pinang menjadi objek untuk bertanya.
Warga
tersebut mengaku bernama Jamal, dia menunjukkan rumah pemilik buah pinang itu,
tepat berada dibelakang warung yang sedang ia tempati. “Rumahnya di belakang
sini pak, Mulyono namanya,” ucapnya pada kami.
Ketika
didatangi, tampak di halaman rumah Mulyono buah pinang dijemur dan sudah hampir
kering. Waktu itu dia sedang menjaga jemuran buah pinang tersebut, lalu
berhenti ketika ada tamu yang sedang menghampirinya.
Di
rumah sederhana miliknya, Mulyono menceritakan awal mula perjalanan menjual
buah pinang tersebut hingga ke Papua, Irian Jaya dan Kupang. Semau dilakoninya
sejak masih kecil. Dengan menjual buah pinang ke tetangga sekitar. Pekerjaan
itu terus dilakukannya hingga berkeluarga.
Namun,
lelaki kelahiran kelahiran tahun 1964 itu mulai memberikan perhatian lebih
menjual buah pinang sekitar tahun 1986. Waktu itu, harga buah pinang yang
dijual masih Rp 12 ribu. Pada tahun tersebut, dia masih mencari langsung ke
para petani untuk kemudian dijual lagi ke temannya di Surabaya .
Hingga
pada tahun 1995, setelah mulai memiliki teman yang juga menjual buah pinang,
dia diajak ke Papua untuk melihat pangsa pasar buah pinang disana. Selama
delapan hari di kota
tersebut, ia mulai membaca peluang buah pinang. “Waktu itu, kalau tidak salah,
harga buah pinang sudah mencapai Rp 23
ribu perkilo,” kata dia.
Selain
di daerah Jember, buah pinang tersebut juga diambil dari beberapa daerah seperti
Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, dan Probolinggo. Karena bila hanya
mengandalkan stok buah pinang di Jember,
tidak mencukupi. “Besok kita akan ambil di daerah Klakah, Lumajang,” ucapnya.
Proses pemilahan pinang |
Ketika
stok buah pinang di Jawa Timur sudah habis, Mulyono menyuruh anaknya untuk
membeli buah pinang hingga ke luar Jawa, yakni di Sumatera Selatan. Kalau di
Sumatra, musim panen buah pinang yaitu pada bulan Juli. Sedangkan harganya
lebih murah, yakni sekitar Rp 18 hingga Rp 20 ribu. “Selain itu, kami juga
mengambil dari daerah Tasikmalaya,” tambahnya.
Dari
petani, harga buah pinang kering yang dibelinya sebesar Rp 25 hingga 26 ribu.
Sedangkan untuk buah pinang basah, sebesar Rp 4 ribu. Perbedaan harga dari yang
kering dari yang basah sangat jauh. Sebab, buah pinang yang basah, bila dibeli
sebanyak 100 kg, maka ketika dikeringkan tinggal 20 kg. “Jadi hilang 80 kg ketika
sudah dikeringkan,” ujarnya.
Bila
petani menjual buah pinang basah sebanyak 100 kg, sedangkan harganya Rp 4 ribu,
maka hasilnya Rp 400 ribu. Sedangkan bila dikeringkan menjadi 20 kg, jika harga
keringnya Rp 25 ribu, perolehannya Rp 500 ribu. “Selain itu kami masih
memotongnya dan menjualnya,” kata Mulyono.
Proses
penjemuran buah pinang tersebut bisa memakan waktu lima hari bila cuaca cerah. Sedangkan bila
hujan, pengeringan bisa mencapai seminggu. Penjemuran tersebut tidak dilakukan
sendiri. Karena Mulyono telah memiliki pekerja untuk membantu usahanya. “Kalau
tidak salah enam. Tapi itu terkadang tergantung pesanan, kalau lebih banyak,
maka yang kerja tambah, bisa 50 orang,” jelasnya
Mulyono menjemur pinangnya |
Pengiriman
ke Papua tergantung pesanan darisana, terkadang dalam satu minggu, Mulyono bisa
mengirim sebanyak tiga kali. Dalam satu pengiriman, bisa mencapai tujuh ton.
“Permintaan itu tidak tentu, tapi dalam seminggu terkadang satu kali, bahkan
ada yang tiga kali,” tambahnya.
Berkat
dari menjual buah pinang tersebut, Mulyono merasa terbantu secara ekonomi,
sehingga dia tidak bekerja yang lain. Selain itu, warga sekitar juga bisa
terberdayakan dengan bekerja memotong dan mengeringkan buah tersebut.
Dalam
satu pengiriman, hasil yang didapatkan dari menjual buah pinang tersebut,
bersihnya sejumlah Rp 3 juta. Bila dalam satu bulan empat kali pengiriman, maka
laba bersih yang diperoleh sebanyak Rp 12 juta. “Itu kalau empat kali,
terkadang satu minggu tiga kali pengirimannya,” imbuhnya.
Buah
pinang, tidak hanya isinya yang bisa menghasilkan uang. Tapi ampasnya juga bisa
menghasilkan uang. Sehingga warga yang menjual buah itu, tidak menjual kulitnya.
Kulit tersebut juga dikeringkan dan dihargai Rp 1000 sampai Rp 2000. “Namun
saya tidak membelinya, tapi teman saya di Bondowoso. Tidak tahu juga buat apa,”
terangnya.
Di
Papua, buah pinang menjadi makanan ringan yang dikonsumsi oleh berbagai
kalangan. Tidak hanya orang tua, tapi anak muda juga mengkonsumsi buah
tersebut. “Jadi di sana ,
hanya untuk camilan saja,” tambahnya..
EmoticonEmoticon