Oonk Fathorrahman Swadaya Bina Pemuda Desa
Biayai Semua Kebutuhan, Salurkan Bakat Seni
Biayai Semua Kebutuhan, Salurkan Bakat Seni
![]() |
Oonkbersama charlie (voklis ST12) yang juga merupakan anak asuh KSB (foto-foto: KSB for RJ) |
Kecewa dengan lubang
sistem pendidikan yang kurang memperhatikan pembentukan karakter manusia, Oonk
Fathorrahman mendirikan Kebun Sanggar Bermain (KSB) di sebuah desa di Jember.
Semua operasional sanggar dibiayai secara swadaya.
Bagus Supriadi, Jember
SUASANA
sunyi dan sepi memasuki kawasan Kebun
Sanggar
Bermain
(KSB) di Jalan Agus Salim 32 Mumbulsari. Tempat itu dikelilingi oleh pepohonan
yang menghadirkan kesejukan. Ketika memasuki pintu gerbang, tampak beberapa
pendapa yang sepertinya sangat indah untuk
dijadikan tempat berkreasi.
Setelah Radar Jember Jawa Pos mengucapkan salam, istri dari pemilik KSB
tersebut mempersilahkan masuk di ruang tamu yang berbentuk pendapa. Selang beberapa
menit, lelaki berambut panjang dengan kumis dan jenggot memutih yang bernama Oonk Fathorrahman tersebut
menyapa.
KSB tersebut didirikan pada 1987 oleh pria yang biasa disapa Gus Oonk ini. Berangkat dari kekecewaan terhadap
pendidikan yang hanya menekankan aspek pengetahuan tanpa membekali siswa dengan
karakter dan mental kehidupan. “Jadi pada masa orde baru, siswa hanya dicekoki
dengan pengetahuan saja tanpa ada pemberian pemahaman pada siswa tentang
bagaimana menjalani kehidupan dengan benar,” jelas Oonk.
Selain
itu, kegelisahan terhadap akhlak para pemuda yang semakin tidak terarah,
mengantarkannya pada kemantapan untuk mendirikan sanggar tersebut. Karena
pondasi utama yang harus dimiliki oleh manusia adalah mental dan karakter atau
akhlak yang baik. “Saya merasakan sendiri waktu itu bagaimana pemuda itu
membutuhkan ruang untuk bergerak mengekspresikan diri tapi terarah,” ungkapnya.
Hal
yang lebih menginspirasi pendirian KSB tersebut yakni ketika membaca sejarah
pemuda Ashabul Kahfi. Menurutnya,
para pemuda tersebut lari dari seorang raja yang zalim
yang selalu memberikan teror terhadap perkembangan
kepribadian manusia. Sehingga mereka memasuki goa untuk menghilangkan segala
hal yang meneror dirinya. “Goa itulah yang saya analogkan dengan KBS. Agar
orang-orang yang masuk di dalamnya bisa menyelami arti sesungguhnya dari
kehidupan. Sehingga ketika keluar mereka menjadi orang yang tangguh,” tambah
Oonk.
Dari
sanalah KSB mulai berdiri dan didatangi beberapa pemuda yang ingin mencari
filosofi kehidupan. Namun, yang masuk ke sanggar tersebut adalah mereka yang
memiliki kenakalan yang luar biasa,
tapi tidak menemukan wadah. “Mereka pemuda yang orang tuanya sudah tidak
sanggup mengasuh karena sangat nakal,” akunya.
Selain
itu, yang ikut bergabung dengan sanggar tersebut adalah anak jalanan yang tidak
menemukan kemerdekaan dalam dirinya. Bahkan mereka tinggal di sanggar tersebut
hingga menikah dan membina rumah tangga di lingkungan sekitar. “Ada yang saya
temui di jalanan,
lalu saya ajak kesini,” imbuh ayah angkat penyanyi religi Opick ini.
KSB
tersebut mendidik para pemuda untuk peka terhadap lingkungannya dengan menekankan pada kepedulian
terhadap alam dan manusia serta kesadaran akan nilai-nilai kehidupan. Sehingga
untuk mencapai tujuan tersebut, KSB memiliki beberapa kegiatan yang mendukung
tercapainya keinginan itu.
Pendidikan
kepada para pemuda tersebut difasilitasi oleh KSB sendiri, sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Seperti kesenian teater, melukis, berpuisi, mengukir, maupun bermain musik. “Jadi setiap
minggu mereka menyetor satu puisi. Ada yang setoran lukisan,” tambah lelaki
yang pernah menjadi anak asuh
W.S.
Rendra ini.
![]() |
Musik menjadi salah satu kegiatan di KSB |
Bahkan,
teater anak-anak
di KSB pernah tampil
di beberapa negara, seperti Jerman, Jepang, Filipina, dan Vietnam. Hal tersebut sebagai
latihan bahwa mereka memiliki mental yang kuat meskipun tinggal di daerah
terpencil.
Dalam
mengajarkan kepekaan terhadap segala hal, di sanggar tersebut diajarkan olah
badan, nyanyian jiwa,
dan menari. “Misal gerakan-gerakan menari yang diikuti dengan zikir pada Allah
SWT,” tandasnya.
Setiap Selasa malam dan Kamis malam, mereka rutin berkumpul untuk
melakukan introspeksi.
Anak-anak tersebut diberi
kesempatan mengungkapkan segala kegelisahan yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain
itu, pembentukan karakter pada mereka yakni dengan sikap-sikap yang baik.
Seperti kedisplinan.
Bila ada
anak yang mentalitasnya buruh, maka mereka diberi tugas untuk membuang sampah.
Sebab disana mereka bisa belajar tentang kecerobohan manusia. “Sehingga dia tahu kecerobohan yang diperbuat manusia
melalui sampah yang dibuangnya. Lalu ketika dia sukses di situ, dipindahkan menyapu halaman,” kata
Oongk mencontohkan sikap kedisiplinan tersebut.
Di samping itu, KSB tersebut juga melatih
para pemuda untuk bertahan hidup dengan segala keadaan. Mereka tidak hanya
diajarkan tentang arti kehidupan, namun juga diberikan pemahaman tentang dunia
kerja. “Jadi kami juga ajarkan mereka cara bertahan untuk hidup, seperti
menjual bakso, membuka laundry,
dan sebagainya. Kami dengan keras mengajarkan mereka untuk tidak meminta-minta
dan bermalas-malasan,” tegasnya.
Di
sanggar tersebut tidak ada struktur
organisasi. Sebab, ikatan
yang terjalin bersifat kekeluargaan.
Sehingga panggilan kepada pendiri sanggar tersebut adalah ayah dan ibu.
Sedangkan untuk beberapa yang bergiat di sanggar tersebut adalah saudara.
Seluruh kebutuhan hidup penghuni sanggar ditanggung
ditanggung oleh Gus Oonk.
“Bahkan dari makan sampai uang transport untuk kuliah, kami yang tanggung.
Karena saya memposisikan diri sebagai ayah,” terangnya. (har)
EmoticonEmoticon