Dery Pratama, kalahkan Israel dan Amerika dalam kontes robot internasional
Tidak menyangka akan dikagumi oleh peserta dari China dan India
Pertama tiba di Amerika Serikat,
cuaca tidak sama dengan Indonesia
membuat tim dari PENS memutar otak untuk
menyesuaikan robot dengan cuaca dingin disana. Berkat kepiawainnya, dia dengan
mudah membuat robot pemadam api tersebut bisa peka terhadap cuaca di Amerika.
Bagus Supriadi, Jember
JUMAAT sore, Dery Pratama sudah
berangkat ke Surabaya
untuk wawancara live di JTV Surabaya pukul 06.00 pagi. Namun ketika Jawa Pos
Radar Jember mendatangi rumahnya, orang tuanya menghubungi Dery untuk menanyakan sudah sampai dimana.
Ternyata masih di Rambipuji, lantas ibunya menyuruh Dery kembali ke rumah untuk
diwawancarai.
Adzan
maghrib berkumandang, Dery sudah tiba di Jalan Sriwijaya Nomor 35, Sumbersari,
Jember dan langsung masuk kerumahnya. Beberapa menit kemudian, dery yang
memiliki waktu sebentar dirumahnya langsung menceritakan ihwal perjalanannya ke
Amerika dalam mengikuti kontes robot internasinal.
Dery Pratama bersama keluarganya
dikediamannya ketika pulang dari Amerika
|
Bersama timnya dari Politeknik Negeri Surabaya atau
lebih sering disingkat dengan PENS, Dery
berangkat ke Amerika mengikuti lomba robot pemadam api internasional yang
bertempat di trinity collage Hartford ,
Connecticut , AS.
Proses
mengikuti lomba tingkat internasioan tersebut berawal dari juara 2 tingkat
regional yang didakan di Unesa. Setelah itu dilanjutkan ke kompetisi tingkat
nasional yang diadakan di Semarang. “Alhamdulillah kita juara satu di Semarang ,” kata lelaki
kelahiran 29 Desember tersebut.
Juara
satu tingkat nasional tersebut memberikan kesempatan baginya untuk berkompetisi
ke tingkat nasional. Sehingga bersama timnya, dia berangkat dan tiba di Amerika
pada tanggal 2 april lalu. “Pada tanggal tiganya kami pasang robot. Tanggal
empatnya kami kami latihan merakit bersama,” tambah lelaki yang pernah
mengenyam pendidikan di SMAN 1 Jember itu.
Robot
yang ditampilkan dalam kontes tersebut salah satunya adalah robot yang pernah
mendapat juara nasional di Indonesia, namun disempurnakan. Sedangkan untuk 2
robot lainnya dibuat ketika ditempat.
Kendala
yang dihadapi ketika tiba di Amerika adalah cuaca yang dingin. Sehingga
berpengaruh kepada kepekaan robot dalam memadamkan api. Namun, karena kerja
keras dari tim tersebut, akhirnya bisa diatasi.
Ketika tampil
dalam merakit robot tersebut, lawan yang paling berat adalah Israel . Sebab Negara Yahudi
tersebut mengirimkan sebelas tim dari negaranya, sedangkan Indonesia hanya
mengutus dua tim, yakni PENS dan Polban. “Kalau tim dari Amerika sekitar lima sampai enam,” imbuh
putra dari pasangan Diaz Wono dan Tresno Wulandari tersebut.
Dalam kontes
itu, timnya mengeluarkan empat robot yang terbagi dalam dua divisi. Divisi
pertama dengan kategori robot yang memakai kaki, dan divisi kedua robot memakai
roda. Sedangkan PENS mengeluarkan tiga
robot yang memakai roda dan satu tobot yang menggunakan kaki.
Penilain dari
kontes robot pemadam api tersebut yakni dari kecepatan robot dalam memadamkan
api. Robot yang telah dibuat tersebut diletakkan dilapangan, lalu ada api yang
tidak diketahui tempatnya. Maka robot tersebut secara otomoatis akan langsung
mencari api untuk dipadamkan. “Jadi robot itu dibuat agar peka terhadap api,”
ujar lulusa SD al-Furqon tersebut.
Menurutnya,
robot Israel
sangat cepat dalam merespon api. Namun, Dery dengan timnya menggunakan strategi
lain untuk mengalahkan Israel
atau Negara lainnya. Yakni dengan pandai-pandai mencari point yang akan
diberikan oleh juri. “Jadi kami main strategi, seperti robot yang bisa mengelurkan
api, itu ada point tersendiri,” kata lelaki yang sekarang semester VI di PENS
itu.
Delegasi dari China dan India
sempat terkagum dengan penampilan robot dari Indonesia . Sebab robot tersebut
bisa mengeluarkan air untuk memadamkan api. Sedangkan penampilan robot mereka
menggunakan angin dalam pemadamam tersebut.
Dia menilai bisa mengalahkan Israel karena sejak di Indonesia , tim
dari PENS sudah berusaha semaksimal mungkin. Sehingga ketika berangkat sangat
opitimis bisa mengalahkan Israel
yang pernah meraih juara pada kontes sebelumnya. “Ketika negara lain tahu Indonesia juara, mereka meberikan ucapan
selamat, termasuk China dan Israel ,” kata
dia.
![]() |
dery bersama timnya memamerkan robot yang dirakitnya |
Kemenangan
tersebut merupakan kemenangan bersama karena dorongan motivasi dan doa dari
orang, guru maupun teman. Berkat mereka Indonesia bisa menjadi Negara
terdepan dalam lomba itu.
Kecerdasan
Dery diakui oleh ibunya, Tresno Wulandari sejak masih di SD. Karena sejak itu
dia sudah dibelikan computer Pentium 2 oleh bapaknya. Hasilnya, ketika
menginjak bangku SMPN 2 Jember, Dery telah bisa membuat program atau software.
Selain
itu, Dery senang membaca buku tentang elektronik ketika masih sekolah. Dibantu
dengan fasilitas computer, dia bisa eksplorasi kemampuannya. “Waktu SMP anak
saya sudah bisa Install computer,” pungkasnya.
EmoticonEmoticon