Ketenangan sejati itu hanya ada dalam dirimu, bukan pada orang
lain, atau tempat lain yang ingin kau singgahi. Kemanapun kau ingin pergi untuk
menenangkan hatimu yang sedang gelisah, ia tak akan bisa memberikannya, sebab
tempat terindah tersebut berada dalam relung hati nuranimu.
Kau boleh bertanya pada siapapun
yang kau anggap orang paling pandai dan paling mampu menenangkan jiwamu,
jawaban tersebut akan kembali pada dirimu. Sebenarnya, satu yang perlu kau
turuti dalam menjalani kisahmu yang terpotong. Ikuti kata hati nuranimu.
Bukankah kau juga pernah membaca
Bumi Manusianya Pramoedya Ananta Toer,
“kau seorang
terpelajar, cobalah bersetia hati pada kata hati nuranimu” itulah pesan yang
diucapkan oleh Nyai Ontosoroh pada Minke saat Annelies Mellema akan dibawa ke
Belanda. Seorang terpelajar tidak hanya menggunakan otak dalam menghadapi
segala persolan manusia. Kau tak boleh melupakan hati nuranimu.
Kau juga pernah membaca dan
mendiskusikannya denganku tentang having and being nya Erick Fromm, yang
dibutuhkan dalam hidup bukanlah having melainkan being. Dan pada akhirnya kita berkesimpulan jika
bahagia itu bukan berarti memiliki semua yang kita cintai, namun mencintai
semua yang kita miliki.
Bukankah kau juga pernah mendengar nyanyian
di ujung gangnya Iwan Fals, “Wahai kawan, hei kawan, bangunlah
dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik
bersama, buanglah mimpi-mimpi”.
Senangilah sesuatu yang membuat
hatimu berdebam sesuai kebutuhan. Bencilah sesuatu yang membuat hati bergetar
sesuai keperluan, karena berlebihan itu tidak ada pada hati nurani manusia.
Apapun yang kau lakukan, entah benci dan cinta, kau akan mendapat balasnya.
Tak perlu ragu untuk melangkah
melupakan mimpi yang tak pasti, hati nuranimu akan selalu mengajak untuk
menggapai segala tujuan hidupmu. Buanglah mimpi-mimpi yang membuatmu tertidur
pulas ke dasar laut.
Dengarkanlah lirik lagu yang saat
ini kenikmati
“Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi
aku tetap berdiri”.
Bukankah kita juga pernah
berdiskusi, pelaut yang tangguh tidak lahir dari ombak yang tenang, namun ia
lahir karena badai yang menimpa. Akhirnya, kesuksesan itu bukan bergantung pada
keadaan, tapi keadaan yang bergantung pada keputusan.
EmoticonEmoticon