Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) dimanfaatkan oleh Asroful Uswatun sebagai tempat belajar. Belajar cara berjuang untuk meraih kesuksesan. Sebab, dia tak mungkin menjadi TKW selamanya.
Perempuan yang
akrab disapa Uswatun itu bekerja sebagai
penjahit di Malaysia. Gaji dari menjahit itu dia kumpulkan sebagai bekal modal
ketika pulang ke tanah kelahirannya. Yakni di Desa Sidomulyo Kecamatan Semboro.
Setelah modal
terkumpul cukup banyak, dia pulang ke kampung halamannya mengembangkan tanaman
buah. Pilihan itu dipilih karena dia memiliki lahan untuk ditanami.
Pertemuan saya dengan Uswatun dalam kegiatan pertemuan pelaku UMKM yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember. Darisanalah, saya mendengar kisah perjuangannya dalam mewujudkan UMKM yang berdikari.
Kisah Awal Menjadi TKW Hingga Jadi Bos
Uswatun menjadi TKW pada tahun 2005 silam. Awalnya dia
tak berniat untuk bekerja disana. Namun karena ingin menambah penghasilan,
akhirnya di berangkat. Dia bekerja selama 2,5 tahun. Kembali ke Jember pada
tahun 2008 lalu.
“Di rumah saya ada sawah peninggalan dari orang
tua,” kata dia saat
berbincang santai denganku. Saat bekerja di Malaysia, dia sudah punya angan-angan untuk
mengelola sawahnya tersebut. Namun selama ini terkendala dengan modal yang
dimiliki.
Saat itu, dia mencoba menanam buah
naga organik. Dia terinspirasi karena banyak petani yang menanam buah naga. Bedanya,
buah naga di tanam secara biasa, namun Uswatun menggunakan pupuk organik.
Tanaman organik dipilih karena banyak potensi desa yang
mendukung untuk mewujudkan pertanian organik. Mulai dari kotoran hewan yang
diolah menjadi pupuk organik. Harga jual
buah naga organik merah yang lebih mahal.
Ternyata, perbedaan cara menanam
tersebut membuat buah naga organik miliknya banyak permintaan. Akhirnya, dia
mulai mengembangkan tanaman buah naga organik lainnya dengan menggandeng
petani.
Kesuksesan mulai nampak dari ibu lima anak ini. Dia semakin optimis. Buah naga organik miliknya terus berkembang. Usahanya pun
menjadi perhatian KPwBI Jember. akhirnya dijadikan sebagai petani binaan KPwBI Jember.
“Darisanalah saya mulai banyak belajar tentang cara
mengembangkan pertanian organik,” terang dia. Mulai dari cara budidaya hingga panen, serta cara
mengatur manajemen UMKM miliknya.
Tak hanya itu, dia juga belajar tentang
cara menjual buah ke berbagai daerah hingga luar negeri. Yakni melalui
pelatihan yang digelar oleh BI. “Darisana saya semakin semangat untuk terus
menggali ilmu,” ucap Uswatun.
Ekspor
Buah ke Lima Negara, Timur Tengah Hingga Eropa
Semakin lama, produk buah naga organik miliknya semakin dikenal
pembeli. Karena dia sering ikut pameran di tingkat lokal
hingga internasional.
Uswatun berhasil memikat hati para pembeli. Saat mengikuti pameran, dia
berkenalan dengan pembeli dan meminta untuk mengirim buah naga ke Singapura, Oman dan Jeddah.
Bahkan pada tahun 2015, ada permintaan buah naga organik ke Belanda. Lalu ke Inggris pada tahun 2018. Uswatun semakin mendapat kemudahan untuk mengirim barangnya. Bahkan dia menilai potensi ekspor komiditas buah-buahan cukup besar.
Namun sekarang karena pandemi
Covid-19, penjualan tersebut sedikit terganggu. Pengiriman barang ke luar negeri juga mengalami kendala. Namun hal itu tidak mengurangi
semangatnya untuk terus bangkit.
Diakuinya, produk buah naga miliknya merupakan produk
unggulan, memiliki rasa yang super manis.
Selain itu, walau harga buah naga murah. Namun, produk buah naga organik
tersebut tetap mahal. Sebab buahnya
lebih segar dan awet dibanding
non organik.
Darisanalah, Uswatun mulai menjadi
pengusaha eksportir buah naga organik. Seiring perjalanan, buah yang di jual
mulai beragam, seperti mangga, nanas dan lainnya. “Saya belajar menciptakan
buah yang betul betul berkualitas,” ucap dia.
Diakuinya, menjadi eksportir membutuhkan keberanian yang kuat. Selain itu, juga semangat belajar yang cukup tinggi. Sebab, dirinya membangun usaha eksportor buah organik tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun ada proses panjang yang harus dilalui.
Seperti menyediakan barang yang memang sangat berkualitas untuk menjaga pasar di luar negeri. Selain itu, juga harus teliti sebelum mengirim barang. Tak kalah penting, semua dokumen kelengkapan pengiriman barang harus lengkap.
Semangat
Memberdayakan Petani Lokal
Sekarang, Uswatun sudah
mengelola lahan pertanian buah sekitar 50 hektare. Dia mengajak petani lokal untuk
ikut membantu mengembangkan UMKM miliknya. Bahkan, juga bermitra dengan petani
lain.
Uswatun sudah bisa memberdayakan warga sekitar. Baginya, dia tak hanya berbisnis, namun juga membantu petani untuk budidaya buah yang baik. Salah satunya
dengan cara membina
kelompok tani di Jember.
“Itu tidak mudah ya, karena harus merubah pola pikir petani,” ucap dia. Dia mengajak petani agar tidak sekedar
tanam buah. Namun juga memperhatikan kualitasnya agar ketika panen
memiliki kualitas yang terbaik.
Petani yang bermitra dengan Uswatun, harus
mengikuti standart operasional yang sudah diterapkan. Seperti tidak menyiram
menggunakan air sungai. Tujuannya agar buah yang dihasilkan berkualitas dan bisa
diterima pasar luar negeri.
Sampai sekarang, sudah ada sekitar 50 petani yang bermitra dengannya. Sedangkan
jumlah karyawan mencapai sepuluh orang. Mereka bertugas mengemas buah naga untuk dipasarkan.
Selain kesibukan mengelola tanamannya. Uswatun juga
kerap didatangi oleh mahasiswa yang hendak studi banding. Dia pun menceritakan kisahnya hingga
sukses menjadi pengusaha buah pada mahasiswa.